Sebagai Emak, ketika menyikapi pasangan yang sudah pensiun sangatlah dibutuhkan cara cerdas untuk memikirkan upaya menambah penghasilan. Apalagi saat mempunyai anak yang masih kuliah. Jika anaknya satu mungkin tak jadi beban, kalau yang kuliah tiga orang? Wah, perlu persiapan ekstra. Eh, ditambah lagi emaknya tidak mau ketinggalan, ikut-ikutan bergelar mahasiswa.Â
Hal ini pasti membuat pundak suami semakin berat pikulannya. Setiap 6 bulan harus mengeluarkan biaya semesteran. Bulanannya perlu memenuhi biaya makan, dan uang kosan jika anaknya kuliah di luar kota.Â
Menyokong dana pendidikan untuk empat orang pasti lumayan. Mengharuskan dilakukan perencanaan dari awal. Walaupun Emak masih bekerja, tetapi tetap diperlukan penghasilan lain untuk mengamankan seluruh biaya pendidikan.Â
Orang bilang jadi Emak itu harus pintar, maka mulailah usaha berjualan tas wanita walau masih skala kecil-kecilan. Ternyata hasilnya kurang menjanjikan. Hal ini dikarenakan suka tertukar antara modal dan laba. Akibat pembukuan keuangan yang tidak disiplin. Ya, akhirnya diputuskan berhenti mungkin kurang berbakat di bisnis jual beli barang.Â
Lalu beralih dengan membangun sebuah lembaga pendidikan. Setelah berjalan beberapa tahun ternyata kalau dikelola setengah-setengah jangan harap bisa berkembang maksimal.Â
Sempat beberapa tahun hibernasi dulu, sambil mencari peluang usaha yang bisa menjadi harapan. Akhirnya dibuatlah perencanaan awal setelah diputuskan untuk memulai bidang usaha baru terutama untuk menyokong biaya kuliah yang semakin bertambah seiring waktu dan kebutuhan.
Sempat kepikiran untuk membeli sebidang tanah dalam bentuk sawah. Tetapi setelah lama diotak atik untung dan ruginya jika dikelola atau bagi hasil. Ternyata mendingan ke usaha lain dengan peluang pengelolaan yang bisa dilakukan tanpa melibatkan pihak kedua. Mulailah membidik pada sebidang tanah yang memang jauh-jauh hari sudah didesain untuk usaha bukan untuk hunian keluarga.Â
Hanya sekedar berbagi jika membeli tanah lokasinya yang dijangkau oleh kendaraan beroda empat. Pengalaman Emak, ketika membangun di lokasi yang masuk gang, ternyata membutuhkan biaya yang berlipat. Selain biaya material, ongkos kerja tukang, masih ada lagi biaya angkut. Biaya angkut inilah yang membuat sedikit meradang.
Mencari orang untuk angkut barang dari jalan sampai lokasi kadang susah. Atau bisa juga mereka menarip biaya yang sepertiga dari harga material. Akhirnya karena tidak ada pilihan ya, disetujui saja karena kita yang butuh. Belum lagi ada komplain dari pengguna jalan karena sedikit terganggu kenyamanannya. Ah, pokoknya bikin pening kepala.
Delapan tahun sebelum suami pensiun, mulailah dibangun beberapa ruang kontrakan. Untuk mendesain kontrakan terlebih dahulu Emak pikirkan bidikan pasar yang ada di sekitar. Diperhitungkan kira-kira siapa yang menjadi sasaran target. Apakah mahasiswa atau rumah tangga.Â
Jika lokasi yang akan dibangun kontrakan tersebut berada di dekat universitas, wah tidak susah memikirkannya. Tinggal langsung buat ruangan yang ada kamar, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi. Selesai urusan. Tetapi jika sasaranya adalah pasangan suami istri dengan perkiraan 1-2 anak maka ruangan yang disediakan sebaiknya 2 kamar tidur, ruang tamu, dapur, dan kamar mandi.Â