Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Trik Menghadapi Pensiun Tanpa Panik

1 November 2020   16:35 Diperbarui: 1 November 2020   16:41 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Tak perlu panik atau kaget manakala bagian kepegawaian mengingatkan untuk memulai mengumpulkan berkas syarat pengajuan pensiun. Hah, kenapa waktu bergulir cepat?

Perasaan seperti baru kemarin memulai aktivitas menjadi bagian di ruang kerja ini. Tau-tau usia sudah menginjak angka 48. Apa yang akan dilakukan nanti setelah pensiun? Ternyata rutinitas menggagahi diri membuat terlena saking dimanja. Suasana kerja yang telah berlangsung lama seolah bergulir meninabobokan waktu. Saking merasa nyamannya tahu-tahu sudah mendekati waktu untuk berhenti mengabdi.

Status sebagai pegawai membuat diri terlena terlelap dengan mimpi yang memabukkan. Sekarang saat diri terperangah kala tinggal dua belas tahun lagi yang harus siap dijalani sebagai kenyataan.

Menyiapkan diri menghadapi pensiun perlu saya lakukan jauh-jauh hari. Karena cepat atau lambat pensiun pasti akan dilakoni oleh pegawai dengan tataran usia maksimal 60 tahun. Bahkan ada yang kurang lagi. Sebelum memasuki masa purnabakti, harus dipersiapkan secara matang jauh-jauh hari. Sejak usia 40-an, mulailah merencanakan terkait 5 hal berikut;

#1 Apa

Kegiatan atau aktivitas apa yang akan dilakukan nanti. Kalau merasa akan menggeluti sebuah usaha, jenisnya disesuaikan dengan dasar keilmuan atau keahlian yang dimiliki. Jangan istilah coba-coba. Sudah bukan saatnya untuk trial and error. 

Ataukah mau memilih bekerja lagi? Itu tergantung pilihan masing-masing. Bisa juga memutuskan untuk memperdalam ilmu agama dengan mengikuti pengajian di majlis taklim. Bisa juga menjadi penulis? Hmm, semua bisa menjadi pilihan.

#2 Siapa

Jika memutuskan membuka usaha baru segera menentukan siapa yang diajak terlibat apakah jenis usaha tersebut dikelola sendiri, patungan modal dengan teman atau kerabat, atau bekerjasama dengan lembaga/kelompok lain. Hal ini harus diperhitungkan matang untung ruginya, dan harus dibuatkan rangcangan kesepakatan sampai mengatur terkait skema pembagian fee yang akan diterima oleh masing-masing. Kalau tidak disepakati di awal biasanya akan menjadi kendala tatkala usaha yang dikelola bersama maju pesat. Mulailah akan timbul persoalan.

#3 Dimana 

Langkah selanjutnya mentukan lokasi jenis usaha yang akan dikembangkan. Apakah di rumah atau di lokasi tertentu? Usahakan jangan yang memicu penggunaan energi yang berlebih. Ingat usaha yang dirintis hanya menikmati waktu sambil menghabiskan masa pensiun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun