Sendiri, sudah lama aku sendiri. Tak ada yang menemani. Perasaan dingin jika malam datang kadang membuat dunia ini seakan menciut dan mengkerut. Ah, kemana aku harus memburumu. Semakin aku kejar kau semakin jauh. Semakin aku gantungkan harapan kau menghilang.Â
Ah, Aku mulai gelisah, setelah sekian lama aku berfikir telah 7 purnama aku lalui. Masa-masa semakin menghimpit perasaan yang kering kasih sayang hingga terasa gersang.Â
Sungguh sunyi meratapi hidup sendiri. Ribuan kisah hanya dinikmati dalam kesendirian. Kapankah hadirnya teman yang menemani
"Hmm, pagi yang indah ingin rasanya ku kepakkan sayap agar tak tegang." Aku lebarkan pandangan, ada sosok menawan. Tanpa pikir panjang dan tanpa memikirkan arti kesetiaan pada majikan, aku lesatkan badanku membumbung tinggi ke angkasa. Aku ingin membuktikan bahwa aku bisa keluar sangkar. Sepertinya dunia luar lebih indah dan menjanjikan.
Ternyata dunia tak seindah bayangan. Aku terkesima ternyata aku belum adaptasi. Aku kelaparan tetapi untuk kembali pasti menurunkan harga diri.
"Aku harus bertahan hidup, dengan berusaha menemukan kisah baru. Kembali ke tempat semula tak mungkin aku lakukan."
"Aku kelaparan, wah kemana aku menemukan makanan."
"Hmm, ada sangkar yang kosong. Aku nyelusup masuk sekedar numpang makan." Hanya sayang aku kembali ke kondisi awal hidup di dalam sangkar. Hanya untungnya, majikanku sekarang baik  mau mencarikan aku pasangan. Sekarang aku sedang pendekatan. Siapa tahu dia yang baru datang menjadi pasangan hidupku yang akan menemani hari-hariku."
Terima kasih sekarang aku tak sendiri. Perburuanku mencari pasangan terkabulkan.
Bandung Barat, 22 September 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H