Mohon tunggu...
Ade Irma Mulyati
Ade Irma Mulyati Mohon Tunggu... Guru - SDN Jaya Giri Kecamatan Ngamprah Kabupaten Bandung Barat Provinsi Jawa Barat

Mau berbagi itu indah karena menabur kebahagiaan, dengan ikhlas memberi semoga menginspirasi.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Emak-emak Hebat

21 September 2020   16:25 Diperbarui: 21 September 2020   16:37 196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Mak, sudah jam 07.00, ayo belajar."

"Nanti dulu, adikmu mau nyusu."

"Mak, cepetan. Nih, temen-temen sudah banyak gambar melambaikan tangan. Berarti mereka sudah absen."

"Sebentar, si Dede belum bobo."

"Makkk, ... Aa lapar pingin makan."

"Mak, Ayah bikinkan kopi!"

Pasti itulah, serangan fajar yang dialami oleh emak-emak dengan 3 orang anak laki-laki. Si sulung kelas 4 SD, anak tengah kelas satu SD, sedangkan si bungsu 2 tahun. Ditambah satu orang suami. 

Tak terbayang. 

Belum lagi ada PR rutin harian yakni mesti putar otak untuk cerdik menentukan "menu apa hari ini dengan uang 40.000 di saku? Belum lagi harus beli kuota dengan menyisihkan 5 ribu saja. 

"Waduh, bisa gepeng kepalaku?"

Begitulah suasana setiap pagi. Selalu ada insiden yang suka tidak suka harus dinikmati. 

Aku sebenarnya tidak pernah bermimpi datangnya masa pandemi dengan mengharuskan kedua anakku belajar dari rumah. Bahkan aku sendiri tidak pernah mengalami. Dulu, tatkala aku kecil yang namanya sekolah, ya tempatnya di sekolah.

Dibatasi oleh ruangan tembok, di dalamnya berjejer meja, kursi, papan tulis dan penghapus. Kadang temanku sebut saja Gani, usil sekali. Dia paling sukanya melemparkan penghapus ke teman yang lainnya. Lalu mulailah keributan dialami. Kelas yang awalnya tenang menjadi gaduh. 

Tapi kini, lain lagi ceritanya. Emak- emak harus beradaptasi dengan teknologi. Bayangkan, pembelajaran sekarang dengan daring menuntut emak bisa mengotak-atik hp. Yang biasanya sekadar teleponan, sekarang harus pintar merekam ketika anak membaca, terus membuat video ketika anak melakukan gerakan.

Belum lagi, emak mesti wara wiri. Mengantarkan tugas mingguan ke kordinator kelas. Nanti bergantian menyetorkan ke guru di sekolah. 

"Bu, ayo cepetan kumpulkan. Ini tugasnya mau saya setorkan."

"Walah, tuh Dede cepet nulisnya. Jangan banyak alasan. Nanti kamu ketinggalan. Tugasnya mau diserahkan?"

"Ayolah, cepetan. Jangan banyak dihapus. Jangan banyak bercerita mengerjakannya. Ah, kamu malah sambil mainan nulisnya."

Aduh, begitulah drama rutin harian yang emak rasakan. Sebenarnya kenapa anak lebih nurut ke gurunya daripada ke emaknya? Hanya sekedar ingin anak nurut seperti apa kata emaknya, mesti pakai ajian apa ya?

Huh, bikin gemes, ternyata mengajari anak itu tidak gampang. Diperlukan seni mengajar agar anak disiplin dan mau mengerjakan sesuai jadwal. Emak sudah merasakan, bagaimana perjuangan batin yang harus dilalui, ketika menyuruh anak belajar. 

Banyak saja alasan sehingga emak terpaksa melakukan kompensasi dengan iming-iming kembang gula atau membelikan mainan.

"Males ah, mak."

"Nanti saja belajarnya."

"Boleh belajar asal nanti jajan, ya mak."

Bagimana ini?

Padahal urusan emak bukan hanya membujuk anak belajar. Ya itu tadi banyak pekerjaan rumah tangga yang lainnya.

"Ah, aku mau curhat ke bu guru, supaya anak-anak belajar dengan "guru kunjung".

Nah, mulailah dilakukan guru kunjung di rumah Mansyur. Alhamdulillah sedikit lega. Walaupun jam 7.00 pagi harus memandikan, lalu mengantarkan anak ke titik guru kunjung yang telah ditentukan. 

"Aku sih, senang dengan dilakukan guru kunjung. Karena anak kelas satu SD itu harus mengenal gurunya walau sebentar. Bercengkrama dengan teman walau sekedar bertatapan. Dan anak kelas satu mesti menikmati sensasi memakai baju seragam."

"Aku pun tenang anak disuruh guru kunjung, karena pesertanya di setiap titik kumpul hanya 5 orang dengan mengedepankan protokol kesehatan."

Ah, itu sebulan yang lalu. Ketika kampungku masih dinyatakan aman alias zona hijau. Tapi kini setelah berjalannya waktu yang memberi label daerah manjadi zona merah, guru kunjung dihentikan sampai waktu benar-benar dinyatakan aman.

"Tidak apa-apa, kami emak hebat. Menikmati kondisi sekarang dengan hati lapang. Menjadi emak yang siap siaga. Mendampingi anak belajar dari rumah. Walaupun mesti pandai cari siasat. Membujuk anak semangat belajar dengan permen loli dan sedikit imbalan jajan.

Bandung Barat, 21-09-020

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun