Mohon tunggu...
Irawan
Irawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Edithing

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Hakikat Pendidikan

15 Oktober 2024   08:11 Diperbarui: 15 Oktober 2024   08:16 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hakikat pendidikan merupakan sebuah konsep yang terus berkembang seiring dengan perubahan zaman dan kebutuhan masyarakat. Pendidikan pada dasarnya adalah proses yang melibatkan pembelajaran, pengetahuan, keterampilan, nilai, dan kebudayaan, yang bertujuan untuk mengembangkan potensi individu secara holistik. Setiap ahli memiliki pandangan yang unik tentang pendidikan, namun salah satu tokoh yang sangat berpengaruh dalam dunia pendidikan adalah Ki Hadjar Dewantara, seorang tokoh pendidikan dari Indonesia yang dikenal sebagai Bapak Pendidikan Nasional.

Konsep Pendidikan Menurut Ki Hadjar Dewantara

Ki Hadjar Dewantara (1889-1959) memiliki pandangan yang sangat luas dan mendalam tentang pendidikan. Baginya, pendidikan bukan sekadar kegiatan belajar-mengajar di sekolah, tetapi lebih dari itu. Ia menekankan bahwa pendidikan harus mampu membebaskan manusia, menciptakan individu yang mandiri dan berakhlak, serta mampu berpikir kritis dan kreatif. Menurut Dewantara, tujuan utama pendidikan adalah membentuk manusia seutuhnya yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga berkarakter dan berkontribusi positif bagi masyarakat.

Dalam pandangannya, pendidikan haruslah bersifat nasional dan terintegrasi dengan kebudayaan bangsa. Oleh karena itu, ia menggagas konsep "Tri Pusat Pendidikan", yang menekankan bahwa pendidikan tidak hanya terjadi di sekolah, tetapi juga di keluarga dan lingkungan masyarakat. Pendidikan adalah tanggung jawab bersama, di mana keluarga, sekolah, dan masyarakat memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan intelektualitas anak.

Tri Pusat Pendidikan:

1. Pendidikan dalam keluarga: Keluarga merupakan tempat pertama di mana anak-anak belajar. Orang tua adalah guru pertama yang mengajarkan nilai-nilai dasar, seperti kasih sayang, etika, dan moralitas. Keluarga juga berperan dalam membentuk kepribadian anak melalui teladan dan interaksi sehari-hari. 

2. Pendidikan dalam sekolah: Sekolah adalah lembaga formal yang berfungsi untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan intelektual anak. Di sekolah, anak-anak dibimbing oleh guru-guru yang memiliki keahlian khusus dalam bidang pendidikan. Selain itu, sekolah juga menjadi tempat di mana anak-anak belajar hidup bermasyarakat dan bekerja sama dalam kelompok.

3. Pendidikan dalam masyarakat: Masyarakat juga memiliki peran penting dalam pendidikan anak. Melalui interaksi sosial di lingkungan masyarakat, anak-anak belajar tentang nilai-nilai sosial, budaya, dan norma-norma yang berlaku. Masyarakat dapat menjadi tempat yang mendukung atau menghambat perkembangan karakter anak, tergantung dari nilai-nilai yang ditanamkan dalam lingkungan tersebut.

Pendidikan sebagai Proses Memanusiakan Manusia

Salah satu konsep penting yang diajarkan oleh Ki Hadjar Dewantara adalah bahwa pendidikan harus bertujuan untuk "memanusiakan manusia". Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang mampu mengembangkan seluruh aspek kemanusiaan, baik dari segi intelektual, emosional, moral, sosial, maupun spiritual. Pendidikan tidak hanya berfokus pada prestasi akademik, tetapi juga pada pengembangan karakter dan kepribadian yang baik.

Dalam pemikirannya, Ki Hadjar Dewantara juga sering mengutip prinsip "Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani", yang memiliki makna mendalam dalam proses pendidikan:

- Ing Ngarso Sung Tulodo: Ketika berada di depan, seorang pendidik harus mampu memberikan teladan yang baik. Ini menekankan pentingnya teladan sebagai salah satu metode yang paling efektif dalam mengajar, terutama dalam hal moral dan etika.

- Ing Madya Mangun Karso: Ketika berada di tengah, pendidik harus mampu membangkitkan semangat dan kemauan belajar peserta didik. Pendidik harus mampu menciptakan suasana yang kondusif untuk belajar dan menggugah kreativitas anak didiknya.

- Tut Wuri Handayani: Ketika berada di belakang, pendidik harus mampu memberikan dorongan dan dukungan kepada peserta didik agar mereka dapat berkembang secara mandiri. Prinsip ini sangat relevan dengan konsep pendidikan yang membebaskan dan memberdayakan, di mana siswa diberi kebebasan untuk berkembang sesuai dengan bakat dan minat mereka, namun tetap mendapatkan bimbingan yang diperlukan.

Pendidikan yang Berbasis Kebudayaan

Ki Hadjar Dewantara juga menekankan pentingnya pendidikan yang berbasis kebudayaan. Baginya, pendidikan harus relevan dengan kondisi dan kebutuhan masyarakat serta berakar pada budaya bangsa. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga menanamkan nilai-nilai budaya dan kearifan lokal.

Dalam konteks ini, pendidikan harus mampu membangkitkan kesadaran akan identitas kebangsaan dan memperkuat rasa cinta tanah air. Oleh karena itu, pendidikan nasional harus mampu menciptakan individu-individu yang tidak hanya cerdas secara global, tetapi juga berakar kuat pada budaya lokal.

Kritik terhadap Pendidikan Formal

Ki Hadjar Dewantara juga memberikan kritik terhadap pendidikan formal yang terlalu berorientasi pada hasil akademik semata. Ia melihat bahwa sistem pendidikan yang terlalu kaku dan berfokus pada ujian serta peringkat dapat menghambat kreativitas dan kebebasan berpikir anak. Oleh karena itu, ia mengusulkan pendidikan yang lebih fleksibel, yang memberikan ruang bagi anak-anak untuk mengembangkan bakat dan minat mereka sendiri.

Ia juga menekankan pentingnya pendekatan yang humanis dalam pendidikan. Pendidikan harus memperlakukan setiap anak sebagai individu yang unik, dengan potensi dan kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh karena itu, pendidikan tidak boleh bersifat homogen dan seragam, melainkan harus menyesuaikan dengan karakter dan potensi setiap individu.

Penutup

Dalam pandangan Ki Hadjar Dewantara, hakikat pendidikan adalah proses untuk membentuk manusia yang utuh, baik dari segi intelektual, emosional, sosial, maupun spiritual. Pendidikan tidak hanya berfungsi untuk mengajarkan ilmu pengetahuan, tetapi juga untuk membentuk karakter dan kepribadian yang baik. Pendidikan yang ideal adalah pendidikan yang berakar pada budaya lokal, relevan dengan kebutuhan masyarakat, dan mampu memberdayakan individu agar menjadi pribadi yang mandiri, berkarakter, dan siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun