Sudah hampir 6 bulan sejak awal ditemukannya kasus positif covid19 di Indonesia telah banyak merubah kebiasaan hidup kita sehari-hari. Dampak yang kita rasakan pun tak tanggung-tanggung, berimbas ke  hampir semua sektor mulai dari sektor kesehatan sampai pada perekonomian yang kian memprihatinkan terutama untuk masyarakat menengah kebawah.Â
Berbagai usaha dan upaya seolah tak henti-hentinya dilakukan oleh para pelaku UMKM untuk dapat mencari solusi dan memutar otak agar tetap bisa bertahan hidup ditengah masa-masa sulit seperti ini. Berupaya mencari celah pada setiap kesempatan yang ada adalah sebuah tuntutan. Kebutuhan hidup akan selalu meningkat dari waktu ke waktu, dari hari ke hari, dari bulan ke bulan dan seterusnya.Â
Tulisan ini terinspirasi oleh kisah seorang ibu dari dua anak yang sudah lebih dari tiga tahun ditinggal berpulang ke rahmatullah oleh suami tercinta. "mbak Lia" adalah sapaan akrabnya. Mbak Lia telah mengizinkan saya untuk menulis informasi tentang dirinya di Kompasiana. Sebenarnya Mbak Lia, perempuan berusia 35 tahun ini sudah lama bekerja sebagai seorang cleaning service di salah satu rumah sakit besar di kota Bandar Lampung.Â
Namun, semenjak pandemi pendapatan yang diperoleh dari pekerjaannya pun menjadi sangat pas-pasan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari. Terlebih, biaya pendidikan kedua anaknya dimasa pandemi menjadi meningkat ketika harus melakukan kegiatan belajar daring yang membutuhkan biaya tambahan untuk membeli alat elektronik untuk belajar. Belum lagi, dirinya juga harus mengurus sang ibu yang sudah tua dan rentan sakit-sakitan.Â
Ternyata hal ini tidak membuatnya menyerah begitu saja, justru ia pandai melihat peluang yang ada. Berbekal kepercayaan orang-orang disekitarnya terhadap kebersihan dan kehigienisan yang mampu ditampilkan oleh mbak Lia selama ini, dirinya memulai berbisnis makanan. Sebenarnya berbisnis makanan dalam situasi pandemi seperi ini sungguh ngeri-ngeri sedap ya.Â
Bak sekali mendayung dua tiga pulau terlampaui, begitulah pepatah mengatakan.Â
Sama hal nya seperti mbak Lia, sambil bekerja sebagai seorang cleaning service mbak Lia juga mencari tambahan pendapatan dengan memanfaatkan kepiawaian tangannya dalam memasak untuk menjual aneka makanan yang dibuatnya sendiri dengan menyuguhkan citarasa yang enak dan nikmat kepada para pegawai rumah sakit dan rekan kerjanya. Kegiatan berjualannya dilakukan disela-sela waktu luangnya tanpa mengganggu kewajibannya untuk menyelesaikan pekerjaan utamanya.Â
Kegiatan berjualan dilakukan seadanya dengan cara promosi dari mulut ke mulut dan sebatas share di media sosial whatsapp. Mbak Lia sendiri belum terbesit fikirian membuka gerai untuk menjual masakan buatannya yang menurut saya pribadi tidak kalah enak dengan makanan yang dibuat di restoran-restoran.Â
Sebenarnya mbak Lia menjual beraneka macam makanan mulai dari nasi bakar, otak-otak, salad buah, somay, empek-empek, bakso hingga tekwan dan juga menerima pesanan. Akan tetapi yang selalu membekas dilidah para penikmat masakan mbak Lia adalah "nasbak" nya alias nasi bakar. Rasanya setiap ingat dengan nama "mbak Lia" akan ingat pula dengan nasi bakar buatannya yang juarakk. Sebenarnya makanan yang satu ini tentu sudah tidak asing lagi bukan dilidah kita ?
Akan tetapi, hampir setiap orang yang mencicipi nasi bakar buatan mbak Lia ini akan ketagihan dan jatuh cinta dengan cita rasanya yang nampol. Nasi bakarnya pun memiliki beragam jenis dan dapat disesuaikan dengan selera serta permintaan pembeli dengan rasa yang pedas, sedang maupun tidak pedas. Nasi bakar nya terdiri dari nasi bakar ikan asin peda, nasi bakar cumi, dan nasi bakar udang.Â