Mohon tunggu...
Ade Ira Cahyanti
Ade Ira Cahyanti Mohon Tunggu... Perawat - A nurse

life is about how useful you are

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Apakah IPK Mencerminkan Kepintaran?

25 Juli 2020   19:55 Diperbarui: 26 Juli 2020   03:50 988
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Indeks prestasi, biasa disingkat IP, adalah salah satu alat ukur prestasi di bidang akademik/pendidikan. Meskipun bernama "indeks", IP sebenarnya bukanlah indeks dalam pengertian sebenarnya, melainkan semacam rerata terboboti. 

Didunia perkuliahan tak lazim ya terdengar kata Indeks Prestasi. Indeks Prestasi Kumulatif atau yang biasa disingkat menjadi IPK rasanya menjadi momok yang menakutkan bagi mahasiswa yang baru saja menduduki dunia perguruan tinggi. Biasanya, di tahun pertama masa perkuliahan sebagian besar mahasiswa berlomba lomba untuk mendapatkan Indeks Prestasi yang tinggi. 

Semangat dan tingkat kerajinannya luarbiasa diatas rata rata. Tapi makin tambah semester makin merasa "Sudahlah, yang penting aku bisa lulus kuliah". Hayoo ngaku! meskipun tidak semua seperti itu loh ya. 

Indeks Prestasi Kumulatif adalah penghitungan IP dengan menggabungkan semua mata kuliah yang telah ditempuh sampai suatu semester tertentu 

IPK bukanlah akhir dari segalanya. Tapi Indeks Prestasi Kumulatif merupakan hasil akhir dalam bentuk angka yang dikumulatifkan selama masa perkuliahan. Ya! IPK hanyalah sebuah nilai padahal tentu saja bukan. Lebih tepatnya IPK dapat diartikan sebagai penilaian proses belajar dari awal hingga akhir.

Sudah bukan rahasia umum bahwa mahasiswa yang meraih Indeks Prestasi yang memuaskan setiap semester apalagi mahasiswa yang mendapat Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) tertinggi dengan predikat "cumlaude" saat wisuda akan memiliki image yang baik dan nilai lebih di mata banyak orang. Sudah dipastikan ada perjuangan tidak biasa yang pernah dilakukan. Benarkah seperti itu ?, kalau kubilang "tidak selalu begitu" masih adakah yang percaya ? hehehe ...

"Rajin pangkal pintar, malas pangkal bodoh" , seperti itulah pepatah mengatakan. 

Pintar dan cerdas sebenarnya berbeda. Mendapatkan IPK yang cukup baik memang tak menjamin bahwa seseorang dikatakan paling pintar dalam suatu komunitas. 

Semua orang memiliki potensi diri yang berbeda dan semua orang sejatinya adalah pintar. Yang membedakan hanyalah semangatnya untuk rajin mempelajari hal-hal baru dan mengasah kemampuan yang dimiliki. 

Kepintaran kadang didefinisikan sebagai kemampuan akademik saja, padahal sebenarnya cakupan nya cukup luas. Tak ada pisau yang tajam kalau tak diasah, sama hal nya dengan kemampuan untuk belajar dan berfikir kritis. Mmenurutku, ada ciri khas mendasar antara pintar dan cerdas. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun