Mohon tunggu...
Ade Ira Cahyanti
Ade Ira Cahyanti Mohon Tunggu... Perawat - A nurse

life is about how useful you are

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Jarak Saja yang Jauh, Hati Kita Jangan

21 Juni 2020   08:17 Diperbarui: 25 Juni 2020   02:33 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sepasang kekasih (sumber: pixabay.com)

Long Distance Relationship atau yang biasa disingkat menjadi LDR atau yang sering disebut pacaran jarak jauh atau bisa juga disebut komitmen dari jauh. Sami mawon hehehe. Ada juga yang kuat menjalani berabad-abad lamanya. Eh, maksudnya bertahun-tahun lamanya. 

Tapi tidak jarang hubungan akan kandas dan berakhir di tengah jalan akibat berstatus LDR. Ditambah dengan keadaan sekarang yang membuat kita makin sulit bertatap muka secara langsung dengan orang-orang tersayang. 

Menjalani LDR bagi setiap orang memiliki rasa yang beragam. Mulai dari biasa-biasa saja sampai luar biasa beratnya. Kebetulan banyak dari teman-temanku juga menjalani LDR bertahun-tahun. Kok bisa ya?

Kupikir cerita cinta akan selalu membahagiakan bak dongeng Cinderella. Nyatanya gak juga. Jika kutanya mengapa mereka memutuskan untuk menjalani status LDR bertahun-tahun, temanku yang sudah menjalani LDR 7 tahun lamanya ini akan selalu menjawab "Ya kaya ga ada masalah aja gitu, LDR itu ya sudah jadi makanan kita sehari-hari. Berkabar seperlunya tanpa harus diminta udah jadi kebiasaan bertahun-tahun". 

Benar, LDR itu sejatinya soal komitmen kedua belah pihak, memilih untuk tetap bersama bukan untuk meningalkan salah satunya atau bukan juga saling meninggalkan satu sama lain. 

Pernah juga iseng-iseng kutanya apakah ada perasaan yang berubah selama 7 tahun ini, nyatanya temanku diam sejenak terlihat seperti berfikir lalu spontan menjawab, "Ada, tapi tunggu deh. Perasaan yang gimana ya yang berubah. Tapi benar kok ada yang berubah. Seperti hampa". Hayoo perasaan apa sih yang berubah? 

Lain hal dengan temanku yang baru menjalani LDR selama 2 bulan. Bukan hanya perasaanya yang berubah, ternyata hubungannya juga jadi berubah. 

Mungkin karena di hari lalu sudah terbiasa bersama-sama, baru 2 bulan saja terpisah oleh jarak tak jarang aku mendengarkan curhatan yang berisi kekesalannya kepada sang pacar dengan berurai-urai air mata pula. 

Pada akhirnya toh memilih untuk mengakhiri hubungan yang baru seumur jagung itu tanpa berfikir panjang, tanpa berfikir hal apa saja yang masih bisa dipertahankan. Yang mereka tahu hanya udahan. Puk puk puk

Menjalani LDR mustahil rasanya untuk menghilangkan seratus persen rasa curiga terhadap pasangan. Ada saja terlintas di pikiran "Mungkin gak ya dia setia, kalau nanti tiba-tiba dia selingkuh, Aku harus gimana? Kalau nanti saling menemukan orang yang lebih baik, apa iya harus berpisah begitu saja?"

Apalagi yang menjalani LDR di masa pademi covid-19. Duh, bulan depan genap 6 bulan nih gak bertemu, kalau labas jadi 9 bulan, ibu hamil saja sudah melahirkan. 

Ditambah lagi muncul pikiran "kapan ya diajak ke jenjang yang lebih serius, capek nih udah 7 tahun LDR gini gini aja". Hiya hiya hiyaaa sebuah kode yang sangat keras. Peka lah kalian wahai kaum Adam!!

Ada juga yang sukanya berandai-andai. Andai dia di sini, Aku gak mungkin ke sana ke mari sendiri. Andai dia di sini, mungkin hidup akan terasa lebih berwarna warni. Andai jarak tak membentang, tak ada alasan yang bisa kalian gunakan untuk tetap bertahan. Eits, ga sih ga gitu juga.

Jarak saja yang jauh, hati kita jangan!
Seperti ada perasaan yang hilang padahal sudah mampu bertahan menjalani LDR bertahun-tahun lamanya, ada juga yang kandas begitu saja di tengah jalan bak mimpi di siang bolong. 

Mungkin yang salah bukan jaraknya, tapi hatinya. Kasihan si jarak, disalahkan terus dari tadi. Sudah jaraknya jauh ternyata hatinya juga ikut ikutan menjauh. 

Rasa tak enaknya hampir sama seperti yang jaraknya dekat, tapi ternyata hatinya yang terlampau jauh untuk didapat. Kalau sudah terlanjur begini mari kita introspeksi diri. 

Adakah yang salah dari hubungan ini? Apakah hubungan ini memiliki arah dan tujuan yang akan mengantarkan kita ke suatu tempat ? Atau justru sudah kelabasan jauh dari garis finish yang seharusnya? Tapi kalau perkara hati jangan lupa untuk selalu berdo'a 

Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkanlah hatiku di atas agama-Mu.

Aku jadi teringat quote yang pernah diposting seorang teman lama di snap WhatsApp miliknya "Kau tak hanya pergi, kau juga telah membawa separuh hatiku". Romantis sekali ya. Bagaimana seandainya dengan quote yang seperti ini "Kau pilih pergi atau segera temuilah waliku". Hehehe....siapa berani?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun