Hal yang sama aku lakukan untuk meredam membanjirnya informasi tentang Corona. Aku tidak menonton televisi yang memuat berita itu. Dan juga setiap ada info tentang Corona di media sosial aku selalu skip. Aku tidak mau tahu hal itu. Bukankah ketakutan sering kali muncul dari ketahuan kita akan sesuatu hal? Seperti yang pernah bapak tulis dalam salah satu artikel bapak di Kompasiana.
Engkau tahu Psikosomatik? Psikosomatik adalah gangguan fisik yang disebabkan oleh perasaan dan pikiran. Ketakutan pada sesuatu yang dipupuk secara terus menerus akan mengakibatkan hal ini.
Gilang,
Aku sangat senang ketika engkau mengalihkan kebiasaanmu main HP pada buku-buku yang ada di rak buku rumah. Aku lihat engkau bacai semua buku-buku filsafat yang ada di situ. Bukan hanya buku filsafat, tetapi buku-buku lain pun engkau gauli. Sejarah, Psikologi, dan Sastra dunia. Mungkin nanti aku harus menyusun silabus agar kebiasaan barumu ini lebih terarah.
Kebiasaan barumu ini akan membawa perubahan pada cara engkau berpikir dan juga: berbicara.
Ketika engkau mengobrol dengan kawan-kawanmu nanti, apa yang kau baca akan melonjak-lonjak di bawah tempurung kepalamu. Mereka ingin menampakan diri pada deretan kata-kata yang engkau susun ketika berbicara.
Nah, di sinilah timbul persoalan. Asupan yang engkau terima dari buku-buku yang kau baca terdiri dari konsep-konsep rumit dengan berbagai istilah asing di sana-sini. Ada tuntunan engkau harus menurunkan levelmu supaya pembicaraan dengan kawan-kawanmu "nyambung". Jadi, engkau dituntut menyederhanakan setiap ucapanmu. Tentu dalam batas-batas tertentu. Bukan menurunkan level sampai terjun bebas. Itu cara pertama.
Cara kedua adalah engkau ciptakan lingkungan di mana kawan-kawanmu bisa berpikir dan berbicara seperti yang engkau lakukan. Inilah cara yang paling ideal. Engkau menciptakan lingkunganmu sendiri.
Jadi, bukan engkau yang dibentuk lingkungan, tetapi engkau yang membentuk lingkungan.
Peluk cium dari Bapakmu,
Ade Imam Julipar