03-07-2020Â
Gilang,
Engkau masih belum menyalakan HP-mu? Setiap kali kukirim pesan di Whatsapp, selalu centang satu. Berarti sudah 4 bulan sampai hari ini.
Bukankah engkau sudah naik ke kelas XII? Berarti sudah tidak ada lagi tugas-tugas sekolah yang mengganggumu di grup Whatsapp sekolah kelas XI. Karena itu sudah tertinggal di masa lalumu. Kini engkau menghadapi masa yang ada di depan.
Aku tidak bisa melarang ketika engkau memutuskan untuk mematikan HP. Karena setiap engkau membuka HP, selalu berisi notifikasi dari grup Whatsapp kelas. Dan isinya kebanyakan tugas sekolah yang harus engkau kerjakan. Dan itu adalah: beban. Bukan hanya bagimu, mungkin bagi anak-anak lainnya juga.
Sepertinya lembaga pendidikan hanya ingin menggugurkan kewajibannya saja, tanpa mau tahu bahwa belajar seperti itu sangat sangat tidak efektif. Mereka mengejar setoran agar hutang kurikulum lunas sesegera mungkin.
Bukankah akan lebih bijak membiarkan anak dengan masa "ketidakbelajaran"-nya. Sehingga pencarian jati diri pun akan lebih maksimal. Inilah yang disebut: memanfaatkan moment.
Mereka bisa menikmati diri mereka sendiri tanpa terkungkung kebijakan sekolah dengan mengadakan pembelajaran online. Sungguh sebuah kebijakan yang tidak bijak.
Engkau bisa cari buku yang berjudul: Deschooling Society. Buku karangan Ivan Illich ini mungkin agak bisa memberikan sedikit gambaran bagaimana bobroknya sistem pendidikan yang ada. Senada dengan Ivan Illich, aku pun tidak percaya dengan sistem pendidikan yang ada.
Sistem pendidikan yang ada hanya mengasingkan engkau dan kawan-kawanmu dari lingkungan sekitar. Â Terjadi proses alienasi terselubung. Engkau dipaksa tercerabut dari akarmu. Sehingga pada satu titik, engkau tak lagi mengenal dirimu sendiri. Â Untuk memahami hal ini, kita tidak harus menjadi salah satu dari kaum Humanis Romantik.
Jadi, keputusanmu untuk mematikan HP sangatlah tepat. Sehingga engkau bisa menemukan dirimu sendiri dengan melakukan apa yang engkau inginkan, bukan melakukan apa yang kau tidak inginkan.