Sedangkan surat dari teman korespondensi kita di majalah Bobo bercerita tentang: Kesulitan-kesulitan ketika mengerjakan soal-soal matematika, musim mangga dan rambutan, banjir, cerita-cerita yang ada di majalah Bobo, dan libur lebaran. Tak jarang juga kita berdiskusi bagaimana cara menulis surat yang baik.
Bukankah dari teman-teman korespondensi di majalah Bobo ini juga yang sudah mengasah kemampuan menulis kita? Ya, karena mereka lah kita jadi sering menulis, dan bisa mengungkapkan apa saja yang ada di pikiran dan apa saja yang kita rasakan dalam bentuk tulisan.
Surat adalah representasi diri si pengirim. Jadi, orang tidak harus bertemu muka untuk suatu keperluan. Cukup dengan selembar surat yang mewakili. Surat bisa mengatasi jarak dan waktu.
Lembaran sejarah umat manusia telah mencatat beberapa surat yang memiliki peranan penting dalam peradaban. Ini bisa kita baca dalam buku: Surat-Surat yang Mengubah Dunia: Dari Surat Kubilai Khan Sampai Surat Einstein, yang ditulis oleh Zulfa Simatur.
Dalam buku terbitan VisiMedia dengan tebal 198 halaman itu diceritakan bagaimana surat-surat bisa ikut menggerakan roda sejarah umat manusia.
Ada surat dari Nabi Muhammad untuk raja-raja yang isinya mengajak bergabung dengan panji-panji Islam.
Ada surat Einstein untuk Presiden Franklin D. Roosevelt, yang belakangan Einstein menyesal pernah mengirim surat ini. Kenapa? Karena Bom atom yang meluluhlantahkan Hiroshima dan Nagasaki pada 1945 berpangkal dari surat ini.
Dan ada juga surat dari Kublilai Khan untuk Raja Singasari. Dan surat ini juga yang menjadi pemantik berdirinya kerajaan Majapahit dibawah kekuasaan Raden Wijaya.
Dan masih banyak lagi surat-surat dari para tokoh-tokoh --baik nasional maupun internasional-- yang diceritakan di buku itu. Termasuk juga: Surat-surat Kartini.
Ada teknik penulisan novel yang disebut dengan teknik Epistolary. Teknik ini menggunakan bentuk surat sebagai penyampaiannya. Bisa utuh satu surat, bisa juga kumpulan dari surat-surat. Epistolary sendiri berasal dari bahasa latin. Dari kata: Epistola, yang artinya: Surat.
Teknik Epistolary menjadi trend dalam dunia kepenulisan di Inggris pada abad 18. Â Kita bisa menyebut salah satu tokoh yang mempopulerkannya: Jane Austen. Novelis besar Inggris ini memainkan teknik Epistolary pada beberapa karyanya. Sense and Sensibility , Â Pride and Prejudice, dan tentu saja: Â Lady Susan . Yang belakangan disebut sudah diangkat ke layar lebar dengan judul: Love & Friendship.