"Pas!" teriak dia penuh kegembiraan. Ya, saya juga melihat dia menjengkal pancing itu pas habis di kata  'Mindang'  pada batang pancingnya.
Ya, apa yang tetangga saya lakukan itu adalah refleksi dari keinginan dia untuk mendapatkan hasil memancing yang memuaskan. Ada kepercayaan dari tradisi leluhur yang dia pegang. Kalau ingin mendapat ikan yang banyak dan besar-besar, maka ketika membuat pancing harus dijengkal. Sampai jengkal itu berhenti di kata Mindang.
Di satu sore hari yang agak basah, saya melihat tetangga depan rumah ini pulang memancing. Tentu dengan pancing barunya. Apakah memang karena manjur jengkalan dia ke batang pancingnya, atau karena ada hal lain. Dia membawa ikan berukuran besar dalam jumlah yang banyak dalam satu kantung plastik besar. Tetapi saya curiga, dia mungkin ke pasar ikan dulu sebelum pulang ke rumah. Karena yang saya tahu istrinya akan marah besar kalau dia pergi memancing tidak mendapatkan hasil.
Kata: Â Niis, Mais, Manggang, dan Mindang adalah kata dari bahasa Sunda.
Niis adalah memakan sesuatu dengan sedikit dan dalam bentuk yang kecil. Jadi, ini adalah serendah-rendahnya hasil. Kalau dikorelasikan dengan memancing menurut kepercayaaan dan keyakinan tetangga saya itu, jika jengkalan batang pancing berhenti di Niis, maka hasil memancingnya hanya akan mendapat ikan satu ekor dan kecil.
Pengertian Mais adalah membuat makanan dari  sesuatu yang kecil tetapi jumlahnya banyak. Jadi, kalau jengkalan batang pancing berhenti di Mais, maka hasil memancingnya akan mendapat ikan kecil-kecil tetapi banyak.
Kemudian pengertian Manggang adalah membuat makanan dari sesuatu yang besar yang berjumlah satu. Kalau jengkalan batang pancing berhenti di Mais, maka hasil memancingnya akan mendapatkan ikan yang besar hanya satu ekor.
Dan yang terakhir adalah Mindang. Dan inilah hasil yang diinginkan oleh semua orang. Mindang adalah membuat makanan dari sesuatu yang besar dan juga banyak. Jadi, kalau jengkalan batang pancing berhenti di Mindang, maka hasil memancingnya akan sangat memuaskan.
Itulah sebuah tradisi dalam dunia pancing memancing  yang diwariskan oleh leluhur di kampung saya. Dan itu diyakini oleh tetangga saya. Apakah ini termasuk dalam konsep kearifan lokal? Entahlah. Yang pasti, tetangga saya yang satu itu memegang tradisi yang diyakininya.
Ternyata Konsep Niis, Mais, Manggang, dan Mindang ini tidak hanya berlaku di dunia pancing memancing saja. Tetapi berlaku juga di dunia nyata sehari-hari.
Orang mencari penghidupannya tentu ingin dalam kategori Mindang. Mendapatkan sesuatu yang besar dalam jumlah yang banyak. Entah itu keuntungan dari berjualan kerak telor. Atau entah itu sisa dari setoran supir angkot. Yang pasti semua kegiatan bisnis orientasinya pasti akan kesana. Ingin "Mindang".