Di era milenial ini menulis sudah menjadi alat komunikasi utama. Perkembangan teknologi internet dan media sosial pemicunya. Orang dipaksa untuk menulis. Apapun itu. Dan ini kita bisa saksikan tanpa harus sulit mencari. Status-status di media sosial merefleksikan hal tersebut.
Orang mau jalan-jalan, dengan cepat mereka menulis: Otw ke Kampung nih.


Bahkan hal-hal yang menimpa seseorang yang sifatnya pribadi bisa kita tahu dari tulisan status orang tersebut. Misal dia sedang sakit perut, kita bisa tahu, karena dia menulis status: Aduuuh, perut sakit. Dari pagi BAB (Buang Air Besar) terus. Atau mungkin ketika orang itu "kecipirit" juga kita tahu, karena dia tulis "kecipirit"-nya di status. Tahu kan apa itu kecipirit? Kecipirit adalah BAB di celana tanpa sempat ke toilet. Mungkin kalau meminjam istilah para pemburu teroris, kecipirit bisa disamakan dengan: tembak di tempat!
Ya, hal itu semua kita ketahui karena tulisan di media sosial. Ini sangat menggembirakan. Dunia literasi pun menjadi semakin marak. Dalam batas tertentu orang memerlukan untuk membaca dan menulis. Walaupun itu hanya sebatas membaca dan menulis status di media sosial. Yang pasti hal ini sangat berbeda jika dibandingkan ketika media sosial belum lagi ada di muka bumi ini dan belum seramai sekarang.
Dulu orang kalau membaca atau menulis medianya hanya kertas --baik dalam bentuk buku maupun bentuk lainnya. Media yang secara fisik terinderai. Bicara media fisik tentu saja kita tidak akan terlepas dari yang namanya ruang dan waktu. Ada dimensi pembatas.
Tetapi ketika dunia internet ---teristimewa media sosial --mengambil alih peran media fisik komunikasi tersebut, batasan ruang dan waktu pun sudah tidak ada artinya lagi. Ruang dan waktu tereliminasi ke ceruk peradaban konvensional. Ruang dan waktu tidak lagi menjadi halangan orang untuk berkomunikasi. Dari belahan dunia paling barat sampai belahan dunia paling timur orang bisa berkomunikasi secara real time. Detik ini menulis, detik ini juga orang di belahan bumi lainnya bisa langsung membaca.
Inilah yang selama ini saya alami. Saya setiap hari mendapati berpuluh-puluh pertanyaan di berbagai ruang. Baik itu di messenger, Whatsapp, sms, maupun di beranda beberapa media sosial saya.
Kebanyakan pertanyaan-pertanyaan itu seputar AutoCAD. Sebuah software desain yang sudah established dibanding software sejenis lainnya. Pertanyaan itu baris berbaris setiap waktu. Bahkan terkesan desak mendesak. Dan saya pun dengan senang hati menjawabi semua pertanyaan itu.

Akhirnya berkat ketekunan saya mengumpulkan tulisan dari pertanyaan-pertanyaan para pengguna autocad dan jawaban saya atas pertanyaan itu, bermetamorfosis dari serpihan-serpihan tulisan menjadi buku. Dan tidak tanggung-tanggung, bukan hanya satu buku. Sampai tulisan ini ditulis, sudah ada 6 buku hasil kumpulan pertanyaan itu. Itu semua lahir dari rahim media sosial. Karena saya selalu menulis di media sosial, buku-buku saya pun tercipta satu persatu sampai enam jilid.

Jadi, tunggu apalagi? Buka smartphone, Klik media sosial yang biasa kita pakai, Tulis sesuatu yang bermanfaat bagi orang lain.
Salam Dari Benteng Betawi
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI