Penggunaan ceteris paribus adalah untuk menyatakan hubungan operasional antara harga dan jumlah telur. Ceteris paribus di sini berarti bahwa asumsi yang diambil mengabaikan berbagai faktor yang diketahui dan yang tidak diketahui yang dapat mempengaruhi hubungan antara harga dan jumlah permintaan telur.
Ya, ceteris paribus adalah berpikir secara gampangan untuk menganalisa  sebuah realitas ekonomi tanpa harus memperhatikan berbagai rumus, formula, atau entah apapun namanya yang njlimet. Jadi, ia adalah semacam asumsi ekonomi. Faktor-faktor lain tidak dihitung.
Dan lagi-lagi, dari guru Ekonomi yang itu juga kita mengetahui hukum permintaan dan penawaran, yang berbunyi: Jika harga semakin murah maka pembeli akan semakin banyak. Sebaliknya, jika harga semakin murah maka penjual akan semakin sedikit .
Ini tidak terlepas dari prinsip ekonomi: dengan modal yang sekecil-kecilnya, untuk mendapatkan untung yang sebesar-besarnya.Â
Apabila harga terlalu tinggi maka pembeli mungkin akan membeli telur sedikit karena uang yang dimiliki terbatas, namun bagi penjual telur dengan tingginya harga ia akan mencoba memperbanyak telur yang dijual agar keuntungan yang didapat semakin besar.
Harga yang tinggi juga bisa menyebabkan pembeli akan mencari produk lain sebagai pengganti telur yang harganya mahal.  Mungkin pilihan bisa kita jatuhkan ke  tempe.
Makanan yang terbuat dari kedelai yang difrementasi ini mengandung 16 gram protein per tiga ons. Tapi bukan hanya itu, tempe adalah sumber serat yang fantastis. Dan ini akan membuat kita kenyang  lebih lama di banding makanan berprotein lainnya.
Memang pasar mempunyai hukum besinya sendiri, sampai-sampai kita harus mengalah mengganti telur dengan tempe. Padahal kita suka telur. Dan tidak mungkin ketika kita membuat kue, telurnya kita ganti dengan tempe, walaupun sama-sama berprotein, tetapi lain peruntukkannya.
Keasyikan menulis, saya baru mengetahui istri saya sudah ada di depan warung kopinya Mpo Minah. Membawa beberapa bungkus kantong plastik. Sekilas saya melihat dalam dua bungkus plastik berwarna putih itu puluhan butir telur dan empat bungkus tempe.
Salam Dari Benteng Betawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H