Suka tidak suka, seorang penulis adalah hasil bentukan dari beberapa penulis-penulis terdahulu  -- dalam waktu berbeda ataupun semasa. Baik itu dari segi gaya penulisan, teknik penulisan, maupun isi penulisan. Penulis tidak mungkin berdiri sendiri. Selalu ada pengaruh yang membentuknya. Pengaruh dari penulis lain.
Pengaruh ini memang sebuah kelaziman di dunia penulisan. Tentu dalam kadar dan bentuk berbeda. Tapi yang pasti, pengaruh itu akan ada. Baik sadar atau tak sadar. Tidak bisa dihilangkan.
Menarik sekali ketika membaca pengalaman Bertrand Russell ketika memulai proses kepenulisannya. Dalam salah satu esainya, Russell mengatakan bahwa dia benar-benar mengikuti gaya menulis John Stuart Mill. Dari segi teknik penulisan.
Semua gaya menulis Mill ia ikuti. Bahkan, konon menurut cerita dari beberapa buku, saya lupa lagi judul-judulnya, Â Russell menulis ulang apa yang ditulis Mill. Ini hanya untuk merasakan secara langsung bagaimana Mill menyusun huruf demi huruf. Kata demi kata. Kalimat demi kalimat. Paragraf demi paragraf. Sampai membentuk satu kesatuan berupa tulisan utuh.
Russell ingin terlibat langsung pada proses kreatif yang dilakukan Mill. Berpuluh-puluh tulisan Mill ia tulis kembali. Dan ia lakukan dengan kesadaran dan pemahaman penuh. Sampai ia menemukan pola-pola tertentu dalam tulisan Mill. Baik itu: penggunaan diksi, tanda baca, tatabahasa, juga ketika mengawali sebuah tulisan.
Dan yang belakangan disebutkan itu justru yang hal tersulit. Jika bisa melewati itu, langkah selanjutnya akan lancar. Bukankah memulai adalah setengah dari keseluruhan? Seperti beberapa orang bijak pernah katakan.
Hal itu Russell lakukan sampai ia berumur dua puluh satu tahun. Di usianya yang kedua puluh satu, Russell bertemu Logan Pearsall Smith. Smith kemudian menjadi ipar laki-laki Russell. Â Dari Smith lah Russell kemudian mendapatkan berbagai macam aturan menulis sederhana. Â Dan itu kemudian membentuk gaya Russell dalam menulis. Seperti yang bisa kita lihat dari tulisan-tulisannya. Mill dan Smith, dua orang yang mempengaruhi Russell dalam gaya dan teknik menulis.
Akan halnya saya. Jauh sebelum mengetahui teknik yang dipakai Russell, saya pun pernah melakukan hal yang sama.
Saya pernah menulis ulang Nyanyi Sunyi Seorang Bisu-nya Pram. Tahunnya antara 1998-2000 an. Saya tak ingat persis. Tidak satu buku memang. Hanya beberapa bagian. Itu saya lakukan untuk mengetahui cara Pram menulis. Persis seperti yang Russell lakukan pada Mill. Saya seperti terlibat di dalam proses kreatif Pram. Bagaimana menempatkan koma, titik, tanda tanya, dan tanda baca lainnya. Saya pun jadi mengetahui bagaimana memilih diksi yang tepat untuk mewakili dan mempertegas apa yang ingin disampaikan.
Jadi, ketika menulis dengan ide sendiri, Pram pun muncul dalam tulisan saya. Karena saya terbiasa dengan tulisannya. Tentu dengan kuantitas dan kualitas berbeda.Â
Demikian juga dengan Catatan Pinggir-nya Goenawan Mohammad. Saya garap juga. Ada belasan judul yang saya tulis ulang. Ada kekhasan tersendiri dalam tulisan GM. Dia menulis seperti berpuisi. Itu yang berbeda. Dan tulisan-tulisan GM pada Catatan pinggir banyak yang tidak selesai. Atau dibiarkan tidak selesai. Dalam arti, ketika kita selesai membacanya, yang muncul, kebanyakan sebuah pertanyaan. Menyisakan tanya menganga disana. Dan itu memang gaya khas "Catatan pinggir". Lebih pada esai-esai filosofis berbalut puisi.
Karena disibukkan kerjaan dan aktivitas lainnya, rutinitas menulis saya praktis terhenti beberapa tahun. Sekitar 15 tahun-an. Saya jarang menulis lagi. Kalaupun menulis hanya sebatas kegiatan di kerjaan. Itupun dengan tema tulisan yang sama sekali jauh berbeda. Bukan tulisan Humaniora. Baru dua tahun ke belakang ini saya mulai aktif lagi menulis.
Dan ketika membuat tulisan-tulisan seputar humaniora, Pram dan GM pun muncul lagi disana. Di tulisan-tulisan saya. Ya, memang saya tidak bisa terlepas dari pengaruh gaya dan teknik menulis dari Pram dan GM. Karena dulu saya pernah intens mempelajari gaya tulisan kedua orang ini.
Jadi, semua dan setiap penulis, sudah bisa dipastikan, Â akan mendapat pengaruh dari penulis-penulis pendahulunya --baik dalam waktu berbeda ataupun semasa. Seperti yang terjadi pada Russell. Juga saya.
Salam Dari Benteng Betawi
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H