John sudah lama mati. 37 tahun lalu. Tempatnya jauh beribu-ribu mil dari Benteng Betawi. Dia ditembak seorang psikopat: Mark David Chapman. Konon katanya hanya karena sebuah pernyataan yang menyatakan bahwa The Beatles lebih populer daripada Yesus, Chapman pun meradang. Chapman menembak John yang baru saja turun dari mobil dengan lima kali tembakan. Seketika John tewas di tempat.
Padahal John dulu sempat berujar bahwa "Televisi juga lebih populer daripada Yesus" dan ditutup dengan "Saya akan meminta maaf jika ini membuat kalian bahagia". Tetap saja, kematian telah merenggut nyawanya.
Liverpool menangis. Bukan hanya Liverpool, bahkan dunia ikut meratapi kepergiannya. Industri musik berduka atas kematian pentolan grup The Beatles ini.
John memang sudah lama mati. Tapi tidak dengan ide dan pikirannya. Ide-idenya tertuang dalam bentuk lagu. Dan tetap abadi sampai kini dan nanti. Dan ini menjadi penegas bahwa orang bisa hidup abadi hanya dengan karya mereka.
Kita bisa menyebut beberapa diantaranya seperti: Instant Karma, Woman, Watching The Wheels, Mind Games, Happy Xmas (War is Over), Gimme Some Truth, Oh My Love, Dream, Jealous Guy dan tentu saja: Imagine. Itu semua lagu-lagu solo John.
Jimmy Carter, mantan presiden AS, bahkan pernah mengatakan "Di banyak negara di seluruh dunia-saya dan istri saya telah mengunjungi sekitar 125 negara-kita dapat mendengar lagu imagine hampir sama seringnya dengan lagu kebangsaan".
Betapa mendunia-nya lagu Imagine sampai-sampai disamakan dengan lagu kebangsaan di tiap negara.
Bibinya sempat ragu dengan jalan pilihan yang diambil John.
"Gitar memang oke, John, tetapi kamu tidak bisa hidup dari itu." demikian kata sang bibi di suatu sore saat salju sedang turun.
Ternyata keraguan sang bibi tidak terbukti. John pun menorehkan namanya dengan tinta emas pada lembaran perkamen sejarah industri musik sejagat. John dengan The Beatles-nya berhasil menjawab keraguan sang bibi. The Beatles menjadi band terbaik dan terpopuler serta paling berpengaruh dalam industri musik sepanjang masa.
Kalau saja John mengamini apa yang dikatakan bibinya, kita mungkin tidak akan mengenal dia seperti sekarang. Atau kalaupun mengenal , mungkin John si Manajer Bank, atau John si kepala sekolah, atau juga mungkin John si penjaga toko.
A Day in the Life, I Want to Hold Your Hand, Strawberry Fields Forever, Yesterday, In My Life , Something masih asyik menjadi teman kerja kita. Atau Hey Jude , Let it Be , Come Together, While My Guitar Gently Weeps masih merupakan lagu-lagu pengantar tidur yang menyejukkan. Dan masih ratusan lagu lagi. Dan itu semua lahir dari tangan dingin dan kejeniusan John.
Ada sebuah episode menarik dalam kehidupan John. Episode dimana John melakukan perjalanan ke India.
John dengan The Beatlesnya pernah mengasingkan diri ke India untuk menenangkan diri. Mereka berkunjung ke rumah spiritual milik Maharishi Mahesh Yogi untuk belajar Yoga dengan teknik meditasi khusus.
Mereka tinggal sampai beberapa hari di sana. Ringo Starr sang drummer tinggal di sana selama 10 hari, Paul McCartney tinggal di sana hingga 3 minggu, sementara George Harrison dan John sendiri tinggal sampai 8 minggu.
John dengan The Beatlesnya bahkan menciptakan sampai 48 buah lagu selama masa menyepi di India. Beberapa di antaranya menjadi hits, seperti I'm So Tired, dan Dear Prudence yang masuk ke dalam album terkenal mereka yang bertajuk White Album.
Tentu kita masih ingat Novel Journey to the West yang menceritakan tentang Sun Go Kong itu. Novel yang hampir 100 bab itu kita bacai selepas pulang sekolah. Ya, kalau di Journey to the West Sun Go Kong mengawal Pendeta Tong melakukan perjalanan spiritual dari timur ke Barat.
Nah, kalau John kebalikannya. Dia melakukan perjalanan spiritual dari barat ke timur. Terlepas arahnya mau ke barat atau ke timur, yang pasti semua dan setiap manusia memang butuh spiritualisme. Dalam kemasan dan kadar yang berbeda-beda.
Akhirnya, saya nukilkan lirik utuh lagu Imagine-nya John. Karena di lagu itu kita bisa lebih mengenal secara intensif bagaimana cara berpikir, cita-cita, dan keinginan John untuk menjadikan manusia lebih manusia. Bukankah sebuah karya adalah cerminan kepribadian dari sang pencipta-nya? Sebuah refleksi atas rasa dan asa.
"Imagine there's no heaven
It's easy if you try
No hell below us
Above us only sky
Imagine all the people
Living for today... Aha-ah...
Imagine there's no countries
It isn't hard to do
Nothing to kill or die for
And no religion, too
Imagine all the people
Living life in peace... You...
You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will be as one
Imagine no possessions
I wonder if you can
No need for greed or hunger
A brotherhood of man
Imagine all the people
Sharing all the world... You...
You may say I'm a dreamer
But I'm not the only one
I hope someday you'll join us
And the world will live as one"
John memang sudah lama mati. Tapi tidak dengan ide dan pikirannya.
Salam Dari Benteng Betawi.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H