Pagi itu, saya sedang berada dalam sebuah angkot menuju kampus saya di bilangan Lengkong Besar, Bandung. Seperti biasa, udara Bandung di pagi hari dan pemandangannya yang asri selalu mengundang saya untuk celingak-celinguk kesana kemari, barangkali ada sesuatu yang layak untuk dijadikan inspirasi.
Beberapa kali angkot yang saya naiki tersebut ngetem, menunggu penumpang lain hingga bermuatan penuh. Untung saja, saat itu saya sedang tidak dikejar waktu, jadi tak perlu meminta supir angkot untuk segera melaju. Ya, siapa yang tidak kenal dengan watak angkutan umum yang kadang tidak peduli jika penumpangnya sudah banyak yang menggerutu ingin segera sampai di tempat yang dituju, namun kadang kita juga sebagai penumpang tidak peduli bahwa supir angkot juga butuh pertimbangan jika hanya mengangkut satu atau dua orang, tentu ia harus mengumpulkan sejumlah uang untuk nantinya disetorkan.
Kembali ke angkot yang saya tumpangi, ada yang istimewa kali ini.
Pak supir ternyata tidak sendiri. Ia ditemani oleh koran yang disimpan di sela-sela joknya. Sambil ngetem, ia buka koran tersebut dan membacanya. Demikian juga saat lampu merah di beberapa titik jalan yang dilewati, ia melanjutkan bacaannya. Mungkin pak supir sudah tahu persis bahwa menunggu lampu merah di beberapa ruas jalan tersebut menghabiskan waktu yang cukup lama, jadi ada baiknya memang jika melanjutkan bacaan korannya.
Penasaran dengan berita apa yang sedang ia baca, saya yang duduk di sebelah kanan pintu angkot pindah ke tempat duduk kosong tepat belakang supir. Mobil melaju dan ia meletakan kembali korannya, saya coba bertanya: “ada berita apa pak hari ini ?”.
Dengan antusias beliau menjawab: “ini neng.. reshuffle kabinet malah bikin tambah banyak masalah, yang protes lah.. yang ini lah..bla, bla, bla… "
Lalu beliau melanjutkan: “ini juga ada berita tentang Libya neng, tapi saya belum baca sampe selesai, nanti saja pas lampu merah di depan yah..”.
“oh..iya pak, haturnuhun infona. Bapak setiap hari baca koran?”. Tanya saya penasaran.
“iya atuh neng.. Saya juga ga mau ketinggalan informasi, hehehe…” senyumnya merekah, seperti minat bacanya yang luar biasa.
Dalam hati saya berdecak kagum, meski hanya supir angkot, namun minat membacanya tidak alot.
Sekaligus saya juga berdecak menyadari, berapa jumlah buku yang telah saya beli, namun hanya diletakan begitu saja di rak lemari?
ckckckk...
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H