Tak diragukan lagi memang, secara konten, beberapa buku sastra yang masuk rekomendasi dianggap oleh sementara guru tidak pas untuk dikonsumsi oleh anak usia sekolah.
Di sinilah dewan  guru mesti berperan. Dewan guru seyogianya memiliki kesiapan yang cukup untuk menjalankan program ini, dengan memperkaya khazanah pembacaan sastra. Hanya dengan begitu guru bisa membantu siswa dengan menawarkan perspektif yang seimbang terhadap suatu karya sastra.
Bersama dengan siswanya, buku sastra bisa diapresiasi, dianalisis, dan dikritisi, sehingga terjadi proses pembelajaran sastra yang hidup.
Sebab, tanpa proses apresiasi, analisis, dan kritik yang memadai, program Sastra Masuk Kurikulum hanya akan melahirkan generasi yang mudah mengekor dan buta hati.
Bukanlah untuk tujuan yang semacam itu sastra diciptakan!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H