Mohon tunggu...
Ade Hidayat
Ade Hidayat Mohon Tunggu... Guru - Guru Sekolah Dasar - Pembaca

Membaca - Mengajar - Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Hardiknas dan Vaksinasi Covid-19 untuk Anak

2 Mei 2021   04:07 Diperbarui: 2 Mei 2021   13:41 133
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://www.alodokter.com/

Setiap tahunnya, tanggal 2 Mei diperingati sebagai Hari Pendidikan Nasional. Kali ini, tema yang diusung oleh Pemerintah Indonesia adalah: "Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar". Tema tersebut memiliki semangat yang mengajak: ayo gotong royong, bangsa Indonesia mesti bangkit dan merdeka!

Merdeka dari apa? Tentu merdeka dari segala macam kebodohan, termasuk juga dari tantangan dan belenggu, seperti pandemi Covid-19 yang sedang kita hadapi ini.

Seperti yang kita tahu, konsep merdeka belajar yang diusung oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan yang dimotori oleh Mas Menteri Nadiem Makarim nampaknya terhambat oleh persoalan pandemi.

Sejak lebih dari setahun lalu, aktivitas belajar terpaksa dialihkan ke rumah, dengan segala kekurangan dan risiko yang bukan main-main. Rencana-rencana strategis yang semula telah disusun untuk mencapai tujuan pendidikan nasional, terpaksa dirombak ulang dan disesuaikan dengan situasi yang serba mendadak dan tidak pasti karena pandemi.

Tidak bisa dimungkiri kalau ranah pendidikan merupakan ranah yang amat terdampak pandemi, dan cenderung statis jika dibandingkan dengan ranah ekonomi dan pariwisata, misalnya.

Bagi ranah pendidikan, pandemi merupakan pisau bermata dua. Jika nekat untuk mengadakan pembelajaran tatap muka di tengah pandemi, risiko kesehatan siswa jadi taruhan. Namun memisahkan anak-anak dari sekolah dalam jangka waktu yang panjang juga mengundang risiko jangka panjang yang mengkhawatirkan.

Melihat itu, banyak pihak yang khawatir, pandemi berpotensi menjadi antitesis dari cita-cita pendidikan nasional. Maka berbagai upaya pun dilakukan, termasuk percepatan penanganan pandemi melalui program vaksinasi. Pendidik dan tenaga kependidikan menjadi salah satu target prioritas vaksinasi, agar kegiatan pembelajaran tatap muka di sekolah dapat segera direalisasikan.

Namun, program vaksinasi bagi pendidik dan tenaga kependidikan dinilai belum cukup untuk menjamin aktivitas pembelajaran tatap muka di sekolah berjalan aman seratus persen. Maka vaksinasi bagi anak-anak pun menjadi opsi penting yang harus ditempuh.

Belum Tersedia dan Sedang Dalam Tahap Uji Coba

Vaksin Covid-19 untuk anak secara resmi memang belum tersedia. Namun rata-rata produsen vaksin saat ini tengah berupaya menyediakan vaksin Covid-19 yang aman untuk anak.

Bahkan, di Uni Eropa dua produsen vaksin Pfizer dan BioNTech telah mengajukan izin kepada otoritas terkait untuk penggunaan vaksin kepada anak usia 12 sampai 15 tahun (Republika.co.id, 1/05/2021).

Selain kedua produsen di atas, beberapa produsen vaksin seperti Moderna dan AstraZeneca juga telah melakukan uji klinis pada anak-anak dengan hasil yang memuaskan (Kompas, 29/04/2021)

Itu artinya, dunia sedang berlomba-lomba meramu vaksin yang aman untuk anak. Dan, nampaknya wacana vaksinasi bagi anak dapat segera terwujud.

Perlukah Anak-Anak Divaksin?

Meskipun anak-anak merupakan kalangan yang cukup resisten terhadap virus Covid-19, mereka tetap perlu divaksin. Dominicus Husada, Dokter anak yang menjabat sebagai Kepala Divisi Penyakit Infeksi dan Tropik Anak Departemen Ilmu Kesehatan Anak di RSUD Dr. Soetomo berpendapat, ada beberapa alasan mengapa anak-anak perlu divaksin.

Pertama, dari perspektif statistik, jumlah anak terinfeksi virus corona tidak dapat dianggap enteng. Di Indonesia sendiri tercatat sedikitnya 12 juta anak telah terinfeksi virus Covid-19. Dan beberapa penelitian di dunia menyebutkan angka-angka tersebut bisa saja jauh lebih besar daripada yang dapat diungkapkan.

Kedua, dari perspektif sosial, anak merupakan anggota masyarakat yang banyak terlibat dalam interaksi sosial masal seperti sekolah, dengan pemahaman yang amat rendah tentang bagaimana virus bertransmisi. Disamping itu, terbukti bahwa anak, khususnya para remaja, merupakan transmiter virus yang berpotensi membawa virus dan menularkannya kepada orang-orang di sekelilingnya.

Ketiga, berdasarkan populasinya, di Indonesia anak berusia di bawah 18 tahun berjumlah sekitar 20 persen dari total populasi penduduk. Jika angka 20 persen tersebut menerima vaksinasi, tentu akan memudahkan pencapaian herd immunity pascavaksinasi (Husada, 2021)

Kembali ke Hari Pendidikan Nasional. Berdasarkan urgensi yang telah dibahas, menurut hemat penulis, semangat yang dibawa oleh momentum Hardiknas tahun ini mestilah masih menyentuh persoalan pandemi.

Mewujudkan merdeka belajar--suatu jargon yang kedengarannya amat prestisius itu--belum akan terealisasi dengan baik selama ranah pendidikan masih dibelenggu oleh pandemi. Kita belum bisa mencapai merdeka belajar, jika dalam praktiknya di lapangan masih dihinggapi rasa takut terhadap penyebaran virus Covid-19.

Dan, sebagai penutup, penulis ingin mengajak kepada para pembaca untuk bergotong royong, mewujudkan merdeka belajar. Merdeka dari apa? Dari belenggu pandemi! Kita bisa memulainya dengan mensosialisasikan kepada masyarakat agar bersiap menyongsong vaksinasi Covid-19 untuk anak-anak.

Selamat Hari Pendidikan Nasional: Serentak Bergerak, Wujudkan Merdeka Belajar (Dari Covid-19).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun