Setelah lebih dari setahun kegiatan belajar di sekolah terpaksa dirumahkan karena pandemi, Pemerintah Indonesia melalui Kemendikbud kini mulai mengizinkan beberapa sekolah melakukan pembelajaran tatap muka, meski secara bertahap dan terbatas.
Proses yang harus ditempuh sekolah untuk melaksanakan pembelajaran tatap muka pun tidak sederhana. Disamping harus berada di zona yang relatif aman (minimal kuning), untuk dapat melaksanakan pembelajaran tatap muka, sekolah juga harus melengkapi diri dengan seperangkat alat-alat sanitizer, membagi kapasitas kelas menjadi 50% dengan sistem shift, dan mesti mengantongi surat pernyataan bermaterai yang menyatakan bahwa orang tua siswa "bersedia/tidak bersedia" buah hatinya mengikuti pembelajaran tatap muka tersebut.
Meski sekolah telah melengkapi segudang persyaratan yang tidak sederhana dan relatif "mahal" seperti di atas, sikap yang ditunjukkan orang tua siswa pun berbeda-beda dalam merespons kebijakan tersebut. Ada yang secara umum bersedia "mengembalikan" anaknya ke sekolah, namun tidak sedikit juga yang ragu, bahkan menolak.
Berikut ini beberapa sikap dari orang tua siswa dalam merespons pembelajaran tatap muka di masa pandemi:
1. Senang
![https://today.line.me/id/v2/amp/article/rXqEjP](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/21/images-17-607fc83bb6b9c8112d5d2262.jpeg?t=o&v=770)
Tidak sedikit orang tua yang mengeluhkan betapa sulit mengajari anak-anak untuk memahami pelajaran. Â Bahkan, untuk meminta anak-anak mengerjakan tugas saja, merupakan perkara sulit bagi sebagian orang tua.
Karena itu, dikembalikannya kegiatan belajar ke sekolah menjadi kabar gembira bagi sebagian orang tua. Sebab dengan begitu, "volume" kerja orang tua menjadi lebih ringan. Karena aktivitas belajar formal anak-anak dikembalikan kepada guru sebagai orang tua kedua di sekolah.
Selain itu, perasaan senang orang tua siswa juga disebabkan oleh indikasi akan berakhirnya masa pandemi. Dengan dibukanya sekolah, sebagian orang tua juga meyakini bahwa tak lama lagi kita akan memasuki masa normal.
2. Khawatir
![https://style.tribunnews.com/amp/2020/09/27/4-zodiak-ini-gampang-khawatir-dan-takut-mengecewakan-orang-lain-termasuk-virgo](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/21/images-18-607ffcf6b6b9c872b97ab463.jpeg?t=o&v=770)
Pertama, meski khawatir, orang tua tetap mengizinkan anaknya kembali ke sekolah. Alasannya bisa karena melihat orang tua siswa lainnya yang begitu yakin mengizinkan anak-anak mereka kembali ke sekolah; atau juga karena anaknya sendiri "keukeuh" ingin kembali belajar di sekolah.
Di satu sekolah, bahkan ada orang tua yang pada mulanya tidak setuju anaknya mengikuti pembelajaran tatap muka, dan telah menyerahkan surat pernyataan tidak setuju ke pihak sekolah. Namun, kemudian karena anaknya merengek ingin belajar secara tatap muka di sekolah, orang tua itu pun menarik kembali surat pernyataan tidak setuju yang telah diberikan ke sekolah dan mengantarkan anaknya kembali belajar tatap muka di sekolah.
Kedua, karena khawatir, orang tua tidak mengizinkan anaknya kembali belajar ke sekolah. Meski sekolah telah memenuhi standar untuk mengadakan pembelajaran tatap muka, golongan orang tua ini tetap belum mengizinkan demi memproteksi buah hatinya dari kemungkinan terjangkit virus di sekolah.
3. Takut
![https://hellosehat.com/mental/gangguan-kecemasan/cara-menghilangkan-rasa-takut/?amp=1](https://assets.kompasiana.com/items/album/2021/04/21/images-19-608021ddd541df5573668ea2.jpeg?t=o&v=770)
Meski tidak banyak, golongan orang tua ini cenderung terkonsentrasi pada angka-angka penularan virus daripada tingkat risiko suatu wilayah atau pun upaya maksimal sekolah dalam menerapkan protokol kesehatan.
Orang tua yang mengambil sikap ini sudah pasti tidak mengizinkan anaknya kembali belajar di sekolah sampai masa pandemi benar-benar berakhir.
Nah, itulah tiga macam sikap orang tua siswa dalam merespons pembelajaran tatap muka di masa pandemi. Ada yang cenderung merespons hal tersebut dengan senang, namun ada pula yang khawatir, bahkan takut.
Dan, pada prinsipnya, setiap orang tua siswa bebas untuk menentukan sikap. Orang tua juga bebas untuk memutuskan "bersedia/tidak bersedia" buah hatinya kembali mengikuti pembelajaran tatap muka di sekolah, pada masa pandemi ini.
Semoga kita semua senantiasa dalam lindungan-Nya. Aamiin.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI