Mohon tunggu...
Ade Faulina
Ade Faulina Mohon Tunggu... lainnya -

Penyuka buku, musik,film dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Artikel Utama

Workshop Cerpen Kompas 2015: Jangan Takut untuk Menulis!

14 Mei 2015   19:38 Diperbarui: 24 Oktober 2015   20:41 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tidak hanya indera pendengaran, kita juga bisa menggunakan atau melatih kepekaan indera yang lainnya. Seperti indera penciuman, perasa, pengecap dan sebagainya. Kepekaan merupakan hal yang penting dan seorang penulis (seniman) akan selalu melatihnya.

Selain dengan mengaktifkan dan melatih kepekaan melalui indera yang kita miliki, cara lain yang dapat digunakan untuk menemukan ide adalah dengan banyak bergaul. Seorang penulis jangan hanya berkutat dengan buku atau berdiam di dalam kamar saja, ia perlu “keluar”. Bergaul atau bersosialisasi dengan masyarakat atau lingkungan di sekeliling kita akan memberikan kita banyak ide. Kita dapat menangkap setiap hal yang terjadi di masyarakat. Apa yang sedang mereka rasakan, bahagia, sedih, menderita atau lainnya. Kita perlu melatih kepekaan sosial yang kita miliki.

Ketika masyarakat dihadapkan pada kenyataan hidup yang pelik (miskin atau menderita) sebagai seorang penulis kita tentunya tidak dapat menuliskan hal yang sebaliknya. Karena hal itu hanya akan menimbulkan rasa sakit pada masyarakat. Seorang penulis akan menemukan cara untuk menyampaikan segala kegelisahan masyarakat melalui apa yang ia tuliskan. Karena dalam sastra selalu membutuhkan sentuhan langsung.

Maka dalam menemukan ide untuk menulis cerpen kita perlu berangkat dari sesuatu yang nyata atau realita yang ada. Ingat, menulis merupakan suatu aktivitas yang memerlukan kejujuran. Bukankah segala yang jujur dekat dengan keindahan. Hal inilah yang menjadikan kita bersastra. Jadi, jangan takut untuk menulis atau mengungkapkan ide yang kita temukan.

 

14316067701287324172
14316067701287324172

Observasi

Ide dan observasi merupakan sesuatu yang tidak terpisahkan. Sebagaimana yang diungkapkan di atas untuk menemukan ide cerita kita perlu melakukan sentuhan langsung terhadap objek tulisan kita. Untuk menuliskan sebuah cerita yang baik kita perlu melakukan observasi atau pengamatan. Pengamatan yang kita lakukan haruslah dari berbagai sisi. Jangan hanya melihat sesuatu dari satu sisi saja.

Contoh: ketika kita hendak menulis sebuah cerita tentang keberadaan polisi air/laut kita tidak hanya menerima pandangan begitu saja dari para nelayan yang merasa terancam atau menderita dengan keberadaan polisi laut tersebut. Tapi kita juga perlu melakukan pengamatan dari sisi si polisi laut. Salah satu cara yang kita lakukan adalah dengan ikut bersama si polisi laut, ketika mereka melakukan tugas. Karena dengan demikian cerita yang kita buat akan jauh lebih baik. Tidak cengeng dan tidak menghakimi.

Observasi ini menjadi penting karena dengan mengamati secara langsung maka kita akan terlatih untuk menangkap sesuatu yang terjadi di hadapan kita. Fungsi indera tetap menjadi sesuatu yang penting. Dengan observasi, indera kita akan terlatih untuk menangkap sesuatu yang tidak biasa. Dalam arti dapat mengetahui dan memahami apa yang terjadi di balik setiap peristiwa. Peristiwa yang bagi orang lain mungkin biasa, akan menjadi sesuatu yang luar biasa dan tidak bisa dilewatkan begitu saja.

Peristiwa yang kita tangkap melalui indera tadi perlu diendapkan atau dirasakan agar ia menjadi sesuatu yang istimewa dan menarik. Seperti yang kita ketahui cerpen merupakan sesuatu yang tamat dibaca dalam “sekali duduk” maka kita harus cerdas dalam menemukan sesuatu yang menarik untuk ditulis ataupun dibaca orang lain, yaitu sesuatu yang dapat menggugah atau meninggalkan kesan.


Teknik Menulis Cerpen

Dewasa ini dalam kehidupan bermasyarakat kita dihadapkan dengan kecenderungan untuk menggunakan otak kiri dibandingkan dengan otak kanan. Kecenderungan penggunaan otak kiri ini menjadikan kita sebagai manusia yang hanya bisa menerima. Kita kurang bisa menggunakan imajinasi dalam menghadapi sesuatu. Kita sangat jarang menggunakan otak kanan. Karena sedari kecil yang dilatih hanyalah otak kiri, sementara otak kanan jarang digunakan.

Penggunaan otak kiri dan kanan dengan porsi yang berbeda akan melahirkan dua bentuk teks yang berbeda, yaitu teks seni dan teks diskursif. Teks diskursif terkait dengan kerja otak kiri sebagai pusat informasi atau bank data sesuatu yang dialami manusia. Sementara itu penggunaan otak kanan secara simultan akan melahirkan teks seni, yaitu teks yang dapat membuka semua panca indera kita. Ia akan melahirkan teks-teks yang mampu mengasah kepekaan dan imajinasi kita sebagai manusia.

Teks seni (essay) ini dapat dibagi kepada beberapa bagian yaitu :

- Essay yang dekat kepada karya ilmiah disebut sebagai essay formal

- Essay yang dekat ke imajinasi disebut essay non-formal

 

1431606841922790951
1431606841922790951

 

 

Nah, sekarang bagaimana halnya dengan cerpen atau prosa? Cerpen atau prosa berada di tengah-tengah antara puisi dan essay. Sementara itu di antara essay dan karya ilmiah akan melahirkan sesuatu yang disebut dengan artikel.


Lalu bagaimana metode atau teknik dalam hal penciptaan sebuah teks seni yaitu berupa cerpen? Sebenarnya tidak ada metode atau teknik mutlak yang dapat menjadi pakem dalam menulis cerpen. Karena pada setiap orang akan cara yang akan melahirkan ciri khas yang berbeda. Namun satu hal yang pasti dalam menulis sebuah cerpen, hal pertama yang perlu kita ketahui adalah temukan konflik.

Konflik merupakan sesuatu hal yang mendatangkan perbedaan atau pertentangan pada diri seseorang. Konflik ini dapat dibagi kepada dua, yaitu konflik eksternal dan internal. Konflik internal merupakan sesuatu yang kita temukan dengan sangat mengenali subjek. Contoh: konflik kebudayaan – mitos.

Konflik secara lebih mudah dapat kita temukan dengan mengandaikan sesuatu sebagai sesuatu yang 180’ berbeda. Contohnya saja andaikan kita memiliki dua kepala. Maka tulislah secara runut efek negatif dan positif jika itu terjadi pada diri kita. Apa yang akan terjadi jika kita memiliki dua kepala?

Setelah kita menemukan konflik untuk menuliskan sebuah cerpen kita perlu memiliki kelihaian dalam memilih diksi atau kata dan ketepatan dalam penggunaan EYD. Untuk memiliki kemampuan ini ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, yaitu dengan rajin membaca kamus, untuk mempermudah menemukan dan mengetahui arti kata-kata yang kita tulis. Melatih kecakapan dalam menemukan kata-kata baru. Hal selanjutnya yang perlu kita lakukan adalah buatlah pembukaan atau lead cerita yang menarik. Buatlah pembukaan cerpen yang dapat menggugah rasa ingin tahu pembaca. Dua paragraf pertama biasanya merupakan bagian yang sangat menentukan. Apakah cerita kita akan dibaca atau tidak oleh para pembaca.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun