Mohon tunggu...
Ade Fahmi
Ade Fahmi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Saya adalah mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Model Pengembangan Mutu Pendidikan dalam Perspektif Philip B. Crosby

1 April 2024   16:10 Diperbarui: 1 April 2024   16:11 85
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  • Biografi Singkat Philip B. Crosby

Philip B. Crosby lahir di Wheeling, Virginia Barat pada 18 Juni 1926. Kehidupan kerja Mr. Crosby dimulai setelah masa tugas selama Perang Dunia II dan Konflik Korea dengan pendidikan di sekolah kedokteran. Dia bekerja untuk Crosley dari 1952-1955; untuk Bendix Mishawaka dari 1955 - 1957; dan Martin-Marietta 1957-1965. Pada tahun 1964, ia menerima Medal layanan sipil dari Departemen Angkatan Darat pada tahun 1964 untuk pengakuan tentang pengembangan konsep Zero Defects. Ia menjabat di bawah CEO ITT Harold Geneen sebagai Wakil Presiden Corporate Mutu dari 1965- 1979, ketika ia mendirikan perusahaan konsultan sendiri. Informasi ini dirilis oleh Marita Lailia Rahman.

Philip B. Crosby mendapatkan gelar sarjana dari Ohio College of Podiatric Medicine, gelar kehormatan sarjana hukum dari Wheeling College dan Rollins College, dan gelar kehormatan Doctor of Corpo-rate Management dari University of Findlay. Philip B. Crosby adalah seorang filsuf yang memiliki lebih dari 40 tahun pengalaman dalam manajemen. Dia mengajarkan manajemen bagaimana menyebabkan organisasi mereka, karyawan mereka, pemasok mereka, dan diri mereka sendiri untuk menjadi sukses.

  • Pengembangan Mutu Pendidikan Philip B. Crosby

Philip B. Crosby dalam bukunya Quality is Free mengungkapkan empat dalil mutu seperti berikut ini:

a. Definisi mutu adalah kesesuaian dengan persyaratan. 

b. Sistem mutu adalah pencegahan. 

c. Standar kerja adalah tanpa cacat. 

d. Pengukuran mutu adalah biaya mutu.

Pendekatan lain dari mutu adalah "Zero Defect" atau tanpa cacat yang dikemukakan oleh Philip B. Crosby atau membuatnya benar sejak pertama kali (make it right the first time) yang dijabarkan ke dalam 14 elemen proses perbaikan mutu. Empat belas elemen tersebut dapat dikembangkan untuk meningkatkan mutu pendidikan sebagai berikut :

1. Komitmen manajemen (Management Commitment). Pastikan bahwa manajemen senior mengetahui bagaimana pencegahan kesalahan dapat memperbaiki mutu dan mengurangi biaya. Susun kebijakan mutu yang menyatakan bahwa setiap individu harus sungguh-sungguh memenuhi persyaratan kerja yang diperlukan atau diubah menjadi apa yang kita dan pelanggan perlukan. Menyetujui bahwa perbaikan mutu merupakan cara yang praktis untuk meningkatkan keuntungan.

2. Tim perbaikan mutu (Quality Improvement Team). Tim ini terdiri dari 1 anggota dari setiap departemen dalam perusahaan. Seseorang dapat ditunjuk yang sepakat agar departemen mengambil tindakan, terutama departemen pusat. Kegunaan tim ini untuk mengimplementasikan program mutu ke seluruh bagian perusahaan. 

3. Pengukuran mutu (Quality Measurement). Mengembangkan pengukuran mutu dalam semua bagian perusahaan. Pengukuran ini digunakan untuk menentukan tindakan perbaikan dan mengukur kemajuannya di waktuwaktu yang akan datang. Pengukuran tidak hanya dikembangkan untuk produk saja tetapi juga pada operasi di bidang jasa, kantor, dan juga untuk para penjual. 

4. Evaluasi biaya mutu (Cost of Quality Evaluation). Biaya mutu harus didefinisikan. Akuntan harus memikul tanggungjawab atas pengukuran mutu karena hal ini menghilangkan suatu suspected bias. Manajemen akan perlu untuk terlibat tetapi praktik akuntansi yang lalu berubah untuk mencerminkan biaya mutu yang sebenarnya. 

5. Kesadaran mutu (Quality Awareness). Dalam langkah ini, karyawan dibuat agar sadar akan program perbaikan mutu melalui penyelia mereka. Program ini bukan merupakan program motivasi tetapi lebih ditekankan pada usaha untuk menunjukkan kepada pekerja dengan akibat mutu yang rendah terhadap pelanggan, biaya, persaingan dan pekerjaan mereka. 

6. Tindakan perbaikan (Corrective Action). Tindakan perbaikan ini harus diusulkan oleh para karyawan dan penyelia. Pertemuan mingguan diadakan pada setiap level untuk membahas masalah mutu. 

7. Komite Ad Hoc untuk program Zero Defect. Tiga atau empat anggota tim perbaikan mutu, ditugaskan pada Ad Hoc Committee untuk menginvestigasi konsep Zero Defect dan mencari cara untuk mengkomunikasikan program kepada karyawan (melalui pertemuan, poster, dan sebagainya). Program ini bukan relasi publik melainkan usaha untuk menerangkan bagaimana segala sesuatu harus dikerjakan dengan benar sejak pertama kali. 

8. Pelatihan penyelia (Supervisor Training). Program yang formal diadakan untuk mendidik para manajer pada setiap level mengenai konsep Zero Defect. 

9. Hari Zero Defect. Satu hari khusus ditentukan untuk menjelaskan kepada seluruh karyawan mengenai Zero Defect sehingga mereka mengetahui konsepnya dengan cara yang sama. Standar Zero Defect harus secara tegas ditentukan pada hari tersebut. 

10. Penentuan sasaran (Goal Setting). Penyelia minta kepada setiap pekerja untuk menentukan sasaran mutu untuk 30, 60, dan 90 hari. Sasaran itu harus dapat diukur dan spesifik. 

11. Penghapusan penyebab kesalahan (Error Cause Removal). Setiap pekerja diminta untuk menjelaskan masalah yang dihadapi. Kemudian, kelompok fungsional tertentu ditugaskan untuk memeriksa setiap masalah yang terjadi dan mengusulkan cara pemecahannya 

12. Penghargaan/pengakuan (Recognition). Penghargaan diperlukan untuk melengkapi tindakan yang positif dalam menghilangkan suatu penyebab kesalahan. Berbagai macam penghargaan dapat diberikan, misalnya dalam bentuk cincin emas, makan malam, atau bendabenda lainnya.

13. Dewan mutu (Quality Council). Profesional mutu dan pemimpinpemimpin tim dari berbagai bagian membentuk dewan mutu. Mereka mengadakan pertemuan secara periodik untuk saling menyampaikan ide dan berkomunikasi mengenai program masing-masing. 

14. Lakukan berulang kali (Do it Over Again). Program yang khusus memerlukan waktu 1 tahun sampai 18 bulan. Selama kurun waktu tersebut, pengetahuan tentang program dapat mengalami perubahan. Program harus dimulai lagi dengan tim yang baru. Hari Zero Defect harus diadakan setahun sekali seperti hari ulang tahun. Program ZD harus terus menerus diadakan sehingga merupakan budaya perusahaan. Jika mutu bukan merupakan pandangan hidup (way of life) maka tidak akan ada perbaikan.

Empat belas hal yang dikemukakan oleh Crosby tentunya akan sangat sulit dilakukan oleh lembaga pendidikan jika tidak ada komitmen yang kuat oleh seluruh pihak stakeholder yang ada dalam lembaga tersebut. Merencanakan dan menjaga hal yang sedemikian rupa tentunya disamping harus diawali dari manajer yang visioner, juga harus terus membina dan mengevaluasi secara bertahap guna tercapainya program di lembaga. Beberapa hal yang perlu dilakukan untuk memotivasi para anggota di lembaga pendidikan, mulai dari slogan yang diadakan di lembaga sampai kepada pelatihan mengajar ataupun peningkatan kompetensi akan membantu anggota untuk mewujudkan program lembaga. Program yang sudah direncanakan bersama seharusnya terus menerus diadakan sehingga membudaya dalam lembaga, jika sudah membudaya maka kesadaran untuk selalu meningkatkan mutu pendidikan akan selalu terjaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun