Drama dalam dunia parkir memang tak ada habisnya. Perseteruan antara jukir liar dengan konsumen kerap kali terjadi, bahkan ada yang sampai adu mulut.
"Dua ribu rupiah tidak akan membuatmu miskin!"
Begitulah ucapan jukir liar yang sering terdengar ketika seorang konsumen toko atau minimarket tak memberi uang parkir. Terdengar arogan, tetapi begitulah fakta di lapangan.
Sebenarnya banyak sudut pandang dalam dunia parkir liar. Namun, dalam hal ini saya akan membahas dari sudut pandang ketika berbelanja di sebuah minimarket atau toko pinggir jalan. Di area parkir minimarket tersebut pasti tertera jelas tulisan "BEBAS PARKIR".
Apa yang saya harapkan? Tentu saja parkir gratis, sesuai dengan tulisan besar yang menempel di dinding minimarket tersebut.
Saat selesai belanja, tiba-tiba ada tukang parkir nongol dan membunyikan sempritan sambil memegang bagian belakang motor saya. Jukir tersebut berdiri di dekat motor saya sambil menunggu diberi uang. Lantas, saya menyodorkan selembar uang dua ribuan dengan tampang merengut. Namun, jukir tersebut menerima dengan senang hati. Berbanding terbalik, kan?
Sudah saya katakan di awal, memberi uang parkir pada jukir liar itu butuh keikhlasan. Bukan bermaksud pelit, hanya saja uang itu jadi tidak berkah jika si pemberi tidak ikhlas.
Banyak hal yang seharusnya bisa dilakukan oleh jukir tersebut. Minimal ada timbal balik, misalnya membantu memutar motor atau menyeberangkan konsumen. Namun, fakta yang terjadi di lapangan justru sebaliknya. Selesai diberi uang, jukir tersebut malah pergi dan mendekati mobil yang pemiliknya baru keluar dari minimarket.
Adanya jukir liar juga bisa mematikan rezeki orang lain. Niat orang untuk berbelanja ke toko tersebut pasti urung lantaran harus membayar uang lebih dari perkiraan.
Seperti pengalaman saya, waktu itu sedang mencari penjilidan skripsi di sekitar kampus ternama di Surabaya. Di sekitar itu berjejer toko percetakan dan penjilidan skripsi. Alhasil, saya memilih satu toko yang paling ujung. Setelah memarkir motor tepat di depan toko, baru berjalan tiga langkah menghampiri pemilik toko, seorang jukir tiba-tiba berjalan ke arah motor saya.
Saya berbincang selama lima detik dengan pemilik toko lantaran toko tersebut tidak bisa melakukan penjilidan dan percetakan sampul skripsi yang saya minta. Saat kembali ke motor, tiba-tiba ditarik parkir dua ribu rupiah. Ikhlas? Tentu saja tidak!
Apa yang bisa saya lakukan? Tidak ada, hanya bisa memberi uang dua ribu sambil merengut.
Memang benar, dua ribu rupiah tidak akan membuat saya miskin. Namun, tidak akan berkah jika jukir tersebut tetap menarik uang parkir saat konsumen tidak ikhlas.
Menurut saya, memberi uang dua ribu rupiah itu butuh keikhlasan. Jika si pemberi tidak ikhlas, uang itu justru menjadi tidak berkah. Lantas, bagaimana caranya agar si pemberi ikhlas?
Berikan pelayanan terbaik sebagai jukir, misalnya membantu konsumen memutar motor, menata motor dengan rapi, menutup jok motor konsumen dengan kardus jika cuaca sedang panas. Jukir jual jasa, konsumen bayar jasa.
Adanya timbal balik akan membuat konsumen menghargai keberadaan jukir tersebut. Hal itu akan membuat konsumen merasa tidak sia-sia mengeluarkan uang dua ribu rupiah.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H