4. Anak menjadi tertutup dan tidak percaya diri. Anak korban kekerasan fisik dan/psikis akan cenderung menutup dirinya dari lingkungan sosial karena sulitnya percaya kepada orang lain. Jika orang terdekatnya, orang tua saja tidak bisa memberikan rasa aman dan nyaman untuknya maka kemungkinan besar orang lain juga bisa melakukan hal yang sama.  Hal ini menjadikan anak takut melakukan hal-hal yang baru, karena jika dia melakukan kesalahan dia akan mendapatkan bentakan, kecaman dan hukuman.  Sehingga anak meragukan kemampuannya sendiri, dia memilih untuk tidak melakukan daripada melakukan dengan penuh resiko.
5. Anak tumbuh menjadi pendendam. Rasa sakit hati dan luka secara fisik yang didapatkan anak dari perilaku orang tua kepadanya adalah hal yang sulit diungkapkan dan akan tersimpan rapat di dalam hati dan pikiran mereka. Perlakuan orang tua mereka akan tersimpan sangat jelas dalam memorinya, hal ini akan menjadi bom waktu yang dapat meledak ketika mereka tumbuh dewasa dan tidak dapat lagi memendam apa yang dirasakan selama proses pertumbuhannya dari kecil hingga dewasa. Disisi lain akan timbul rasa benci dan dendam kepada orangtuanya. Hal ini menjadi penyebab banyaknya anak yang tidak mau mengurus orang tua di masa tuanya, karena merasa tidak mendapatkan kasih sayang yang baik dari orang tuanya dulu semasa kecil.
Menjadi orang tua memang bukan hal yang mudah, mau belajar untuk menjadi orang tua yang baik  merupakan bukti langkah awal bahwa kita memang menyayangi anak-anak kita. Tetap semangat untuk menjadi orang tua yang baik dan membaikkan.
Sumber :
https://bankdata.kpai.go.id/tabulasi-data-perlindungan-anak
Pieter, Z.H, Janiwati, B & Saragih, M. (2011). Pengatar Psikopatologi untuk Keperawatan. Jakarta : Kencana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H