Mohon tunggu...
Mas Ade
Mas Ade Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pak Edi yang Baik Hati

17 September 2017   05:42 Diperbarui: 17 September 2017   06:01 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Jalan terabasan begitu sepi. Pencahayaan satu-satunya hanya sorot lampu dari sepeda metix yang kutuntun pelan, diantara rerimbunan pohon bambu. Suaranya beradu dengan gesekan daun bambu yang menari diterpa angin. Begitu sunyi, perasaan sudah hampir satu kilo perjalananku.

'Ah, payah'. Aku hanya bisa bergumam sendiri. Pikirku, mana ada bengkel tambal ban jam segini. Belum lagi pandom spidometer sepeda sudah menunjukkan signal kotak hitam berkedip.

Mungkin karena sudah terlalu malam, sehingga tidak ada motor atau pengguna jalan yang lewat. Kalau sore sih masih mending, masih ramai yang melewati jalan sini. Sampai di depan makam umum aku berhenti, capek, yach capek. Karena harus menuntun sepeda entah sudah berapa ratus meter yang kulalui. Merinding sih iya, karena ditempat kuputuskan berhenti untuk istirahat tampak barisan nisan putih berjajar dengan semerbak bau mewangi kamboja. Tapi mau bagaimana lagi, daripada dipaksakan entar pinsan hehe...Jai nekat deh, berhenti istirahat sembari berharap kali aja masih ada pengendara yang lewat.

Sekira 20menit berlalu. Munculah sorot cahaya " Syukurlah, itu pasti pengendara. Semoga aku bisa bertanya dimana bengkel terdekat disekitar sini" batinku.

Setelah pengendara itu dekat, belum juga aku melambaikan tangan untuk memintanya berhenti. Eh, dia duluan yang pelan menghampiri. 

" Kenapa Mas " tanya Ia

" Ini Pak, band gembos mungkin bocor" Jawabku, penuh harap kebaikan.

" Waduuuwh, ya udah monggo Mas, saya antar kebengkel. Sudah malam mas tidak akan ada yang buka, saya antar saja kebengkel kemenakan saya, tapi agak jauh dikit. Monggo pelan - pelan..." Ajaknya sambil memutar arah balik sepeda motornya.

"Alhamdulillaah...," ternyata harapanku bertemu dengan orang yang baik juga. Dengan berucap terimakasih sebelumnya, segera aku menuruti ajakanya. Kutuntun kembali sepedaku sedang Dia mengikuti dibelakangku. Kami tidak sempat mengobrol, karena konsentrasi, dan full tenaga nuntun sepeda.

Setelah tiba ditempat yang Dia maksudkan, buru-buru dia berjalan kepintu rumah yang diterasnya terdapat ban - ban bekas dengan satu yang dipasang diatas bertulis ' Tambal Ban dan Servis Sepeda Motor '.

Selang tak seberapa lama, akhirnya pemilik rumah membukakan pintu dan kembali menghidupkan lampu ruang depan rumahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun