Mohon tunggu...
Ade Baiatur Ridwan
Ade Baiatur Ridwan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Ade merupakan mahasiswa yang suka mengeksplor dalam berbagai macam hal

Selanjutnya

Tutup

Film

Manifestasi Trik Psikologis di Balik Antusiasme Penonton Film KKN di Desa Penari

7 Juni 2022   10:30 Diperbarui: 7 Juni 2022   10:33 439
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Sejak 25 hari penayangan di bioskop, film KKN di Desa Penari yang disutradarai Awi Suryadi berhasil memperoleh antusiasme masyarakat hingga tembus 8 juta penonton dan menjadikanya film terlaris sepanjang masa menggeser posisi film Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1 pada tahun 2016 silam.

Film KKN di Desa Penari diangkat dari kisah nyata yang dibagikan oleh akun Twitter @SimpleM81378523 yang sering disapa Simple Man pada 2019 lalu. dalam utas tersebut, Simple Man menceritakan kisah KKN di Desa Penari dengan menyamarkan nama tokoh dan tempat asli yang kemudian menjadi viral. Dari kisah viral tersebut, utasnya berhasil diangkat menjadi sebuah film dan mendapat antusiasme penonton yang sangat tinggi.

Antusiasme masyarakat tersebut dibuktikan dengan film KKN di Desa Penari yang trending di berbagai platform sosial media. Terlihat bagaimana topik mengenai KKN di Desa Penari mencuat dan menjadi perbincangan publik. Strategi marketing yang dilakukan juga cukup menarik dan menyita perhatian masyarakat.

Dalam film KKN di Desa Penari, penonton akan disuguhkan oleh jumpscare yang mengacu adrenalin penonton. Hal ini merupakan salah satu trik psikologis untuk menimbulkan ilusi ketegangan dan sensasional ketika menonton film genre horor. Penonton dibuat seolah - olah kejadian tersebut nyata dan secara tidak langsung otak akan merespon yang mengarah pada perasaan kecemasan maupun ketegangan.

Selain itu, antusiasme masyarakat terhadap film KKN di Desa Penari dapat ditafsirkan melalui teori motivasi Maslow dalam sub Esteem Needs merupakan istilah  untuk seseorang yang ingin diakui, dalam hal ini penonton yang usai melihat film KKN di Desa Penari merasa membutuhkan pengakuan bahwa telah menonton film tersebut dibuktikan dengan penonton yang memosting tiket film melalui media sosial. 

Hal tersebut mengakibatkan antusiasme meningkat. Expectancy theory oleh Alderfer's mengungkapkan ekspektasi masyarakat terhadap film KKN di Desa Penari yang tinggi karena sempat tertunda penayangan selama tiga tahun silam sehingga masyarakat berharap besar akan film tersebut. 

Selain Esteem Needs dan Expectancy theory, Drive theory berperan mengenai rasa penasaran masyarakat terhadap visualisasi utas viral KKN di Desa Penari oleh Simple Man.

Disamping teori psikologis tersebut, komunikasi dari mulut ke mulut atau dapat disebut WoM (Word of Mouth) menjadi strategi marketing yang efektif dalam mempromosikan suatu produk atau jasa sehingga dapat menarik antusiasme publik seperti review youtuber populer akan film KKN di Desa Penari. dengan begitu masyarakat menjadikanya topik pembicaraan kepada lawan bicara sehingga dapat menimbulkan antusiasme yang tinggi terhadap film KKN di Desa Penari.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun