Mohon tunggu...
Ade Bastian
Ade Bastian Mohon Tunggu... Dosen - Dosen di Program Studi Informatika Fakultas Teknik Universitas Majalengka

Aktif membantu masyarakat dengan menggunakan teknologi untuk menyelesaikan masalah. Dalam publikasi ilmiah, telah menulis banyak artikel di jurnal nasional dan internasional dan terlibat aktif dalam komunitas ilmiah. Dimuat di JOIG (Journal of Image and Graphics), publikasi berjudul "Roselle Pest Detection and Classification Using Threshold and Template Matching" adalah jurnal yang terindeks SCOPUS. Memasukkan teknik pengolahan citra digital ke dalam aplikasi nyata yang memengaruhi sektor pertanian.

Selanjutnya

Tutup

Nature Artikel Utama

Perubahan Iklim Mengancam Pertanian, Teknologi adalah Kuncinya

28 Mei 2024   14:05 Diperbarui: 9 Juni 2024   01:15 553
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cuaca Semakin Tidak Menentu, Pertanian Perlu Campur Tangan Teknologi

Di tengah globalisasi dan kemajuan teknologi saat ini, sektor pertanian menghadapi masalah yang semakin sulit. Perubahan iklim yang semakin tidak menentu adalah salah satu masalah terbesar yang dihadapi petani di seluruh dunia. 

Proses pertanian konvensional telah sangat dipengaruhi oleh perubahan iklim global. Para petani harus menghadapi musim hujan yang lebih awal atau kemarau yang berkepanjangan sebagai kenyataan. 

Kondisi ini mempengaruhi bukan hanya produksi pangan tetapi juga keberlanjutan hidup para petani, yang sebagian besar penduduknya bergantung pada sektor agraris. 

Perubahan pola iklim yang tidak menentu menyebabkan beberapa masalah yang mendesak, seperti gagal panen, serangan hama dan penyakit tanaman yang lebih sering, serta berkurangnya ketersediaan air untuk irigasi. 

Sebagian besar petani di Indonesia masih menggunakan metode pertanian konvensional yang tidak efisien untuk menghadapi perubahan iklim, yang membuat mereka sulit untuk memprediksi cuaca. Selama beberapa tahun terakhir, beberapa gagal panen terjadi di Indonesia, yang disebabkan oleh cuaca dan perubahan iklim.

Glibatree Art Designer
Glibatree Art Designer

Gagal panen terjadi di berbagai daerah dan berdampak pada berbagai jenis tanaman.  Karena musim kemarau yang panjang pada tahun 2019, petani di beberapa wilayah Jawa Barat, seperti Cirebon dan Indramayu, mengalami kegagalan panen padi dan palawija. Kekeringan menyebabkan kurangnya pasokan air untuk irigasi, sehingga lahan pertanian tidak dapat memenuhi kebutuhan air tanaman. 

Akibatnya, petani lokal mengalami kerugian besar, dan pasokan makanan di daerah tersebut berkurang. Beberapa daerah di Sulawesi Selatan, termasuk Kabupaten Jeneponto, Bantaeng, dan Wajo, terkena banjir besar pada tahun 2021. Banjir ini menyebabkan banyak lahan pertanian terendam air, dan banyak tanaman, terutama padi, rusak dan tidak bisa dipanen. 

Ini juga mengganggu distribusi dan akses masyarakat setempat terhadap makanan. Kekeringan yang parah yang terjadi pada tahun 2020 di beberapa wilayah di Nusa Tenggara Barat (NTB), termasuk Lombok Timur dan Lombok Tengah, menyebabkan panen jagung gagal di banyak lahan pertanian. Jagung merupakan sumber utama makanan bagi penduduk setempat. 

Cuaca yang tidak menentu menyebabkan panen tembakau di Temanggung, Jawa Tengah, gagal. Banyak tanaman tembakau rusak dan tidak layak panen karena hujan yang lebat dan sering terjadi di luar musim biasa. Ini berdampak pada produksi tembakau nasional dan pendapatan petani pada tahun 2022 kemarin.

Glibatree Art Designer
Glibatree Art Designer

Penggunaan teknologi dalam pertanian—juga dikenal sebagai pertanian cerdas berbasis teknologi—menjadi kebutuhan yang tidak dapat diabaikan lagi. Inovasi yang dapat membantu petani mengatasi ketidakpastian iklim termasuk sistem irigasi pintar, penggunaan drone untuk memantau kondisi tanah dan tanaman, dan aplikasi yang dapat memprediksi cuaca. 

Penggunaan teknologi ini meningkatkan efisiensi penggunaan pestisida dan pupuk, yang meningkatkan produktivitas dan keberlanjutan pertanian. Petani di Indonesia dapat menggunakan teknologi informatika untuk mengelola pertanian secara efisien dari tahap persiapan tanam hingga pasca panen. 

Penggunaan teknologi ini tidak hanya meningkatkan produktivitas dan efisiensi, tetapi juga membantu mereka mengadaptasi dan mengurangi dampak perubahan iklim. Petani Indonesia dapat menggunakan solusi teknologi informatika berikut:

*) Dalam manajemen lahan pertanian, sistem informasi geografis (GIS) dan pemetaan presisi GIS adalah teknologi yang sangat berguna. 

Dengan menggunakan GIS, petani dapat memetakan lahan mereka secara akurat, mengetahui karakteristik tanah, dan mengidentifikasi area yang membutuhkan perawatan khusus seperti pengairan, pemupukan, atau perlindungan dari hama. 

Teknologi ini membantu dalam perencanaan penanaman yang lebih baik dan adaptasi dengan kondisi iklim yang berubah.

Glibatree Art Designer
Glibatree Art Designer

*) Sistem irigasi pintar yang menggunakan Internet of Things (IoT) dapat mengatur pengairan secara otomatis berdasarkan kebutuhan tanaman, yang dapat dipantau melalui sensor kelembapan tanah. 

Sistem ini tidak hanya menghemat air tetapi juga memastikan bahwa tanaman menerima jumlah air yang cukup tanpa terlalu banyak, yang sangat penting saat cuaca tidak menentu. Petani juga dapat mengontrol sistem irigasi dari jarak jauh melalui smartphone atau komputer mereka.

Glibatree Art Designer
Glibatree Art Designer

*) Aplikasi Prakiraan Cuaca dan Analitik Data: Aplikasi prakiraan cuaca khusus pertanian yang memanfaatkan data satelit dan stasiun cuaca lokal dapat membantu petani merencanakan berbagai kegiatan pertanian, mulai dari persiapan tanam hingga panen. 

Analisis data yang dikumpulkan dari berbagai sumber dapat memberikan petani wawasan tentang waktu terbaik untuk menanam dan memanen, serta kapan harus mengambil tindakan pencegahan untuk meminimalkan risiko cuaca ekstrem.

Glibatree Art Designer
Glibatree Art Designer

*) Drone untuk Pemantauan dan Pemupukan: Drone pertanian dapat digunakan untuk memantau kondisi lahan dan tanaman secara keseluruhan, menemukan daerah yang terkena penyakit atau hama, dan bahkan menggunakan pestisida atau pupuk secara tepat sasaran. 

Penggunaan drone meningkatkan produktivitas aplikasi input pertanian, mengurangi ketergantungan pada tenaga kerja manual, dan mengurangi biaya.

Glibatree Art Designer
Glibatree Art Designer

*) Platform Digital untuk Pasar dan Logistik: Platform digital yang menghubungkan petani dengan pasar dapat meningkatkan akses pasar dan harga yang lebih baik. 

Sistem ini juga membantu petani menemukan pembeli potensial atau mengelola pasokan ke pasar lokal dan nasional. Selain itu, tren pasar terbaru dapat ditemukan di platform ini, yang sangat bermanfaat untuk pemasaran dan perencanaan produksi.

Glibatree Art Designer
Glibatree Art Designer

*) Teknologi juga sangat penting untuk manajemen pasca panen, seperti penyimpanan dan pengolahan hasil panen. 

Sistem penyimpanan pintar yang dapat mengontrol suhu dan kelembapan secara otomatis memastikan bahwa hasil panen tetap dalam kondisi baik dan mengurangi risiko kerusakan atau kehilangan, juga dapat meningkatkan nilai tambah produk dan membuka peluang pasar baru.

Glibatree Art Designer
Glibatree Art Designer

Namun, teknologi pertanian juga menghadapi sejumlah masalah, terutama di Indonesia. Hambatan yang sering ditemui termasuk infrastruktur yang belum memadai, keterbatasan akses terhadap teknologi, dan rendahnya literasi teknologi di kalangan petani.

Oleh karena itu, perlu adanya dukungan dari kedua sektor publik dan swasta untuk mengatasi tantangan tersebut. 

Subsidi mesin dan alat pertanian, pelatihan penggunaan teknologi, dan akses ke dana untuk membeli teknologi yang dibutuhkan adalah beberapa contoh dukungan yang dapat diberikan.

Glibatree Art Designer
Glibatree Art Designer

Kabupaten Sragen, Jawa Tengah, adalah salah satu daerah di Indonesia yang berhasil menerapkan pertanian cerdas berbasis TI. Inovasi pertanian pintar ini menggabungkan berbagai teknologi modern untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi pertanian. Berbagai teknologi informasi telah digunakan oleh Kabupaten Sragen dalam bidang pertanian. 

Beberapa contohnya termasuk penggunaan sistem informasi geografis (GIS) untuk pemetaan lahan pertanian, internet of things (IoT) untuk mengelola irigasi dan memantau kondisi tanaman, dan penggunaan drone untuk pemantauan dan penyemprotan. 

Inisiatif ini dimulai dengan petani dikenalkan dengan teknologi pertanian kontemporer melalui demonstrasi dan program pelatihan yang dirancang oleh pemerintah daerah bekerja sama dengan universitas dan lembaga penelitian. 

Untuk memastikan penggunaan air yang efisien, sistem irigasi pintar yang terintegrasi dengan internet of things (IoT) di Sragen menggunakan sensor kelembapan tanah yang terhubung ke aplikasi smartphone. 

Ini memungkinkan petani mengatur pengairan secara otomatis sesuai dengan kebutuhan tanaman mereka. Teknologi ini sangat bermanfaat, terutama selama musim kemarau, ketika mengelola air sangat penting. 

Di Sragen, penggunaan drone telah menjadi bagian penting dari pertanian, terutama dalam hal pemantauan dan penyemprotan pestisida dan pupuk di seluruh lahan. 

Penggunaan drone memungkinkan petani menghemat lebih banyak uang, mengurangi biaya, dan mengurangi kontak manusia dengan bahan kimia yang berpotensi berbahaya. Selain itu, Sragen telah membuat platform digital yang membantu petani memasarkan hasil panen mereka. 

Platform ini memberikan informasi tentang permintaan produk, harga pasar terkini, dan membuka akses ke pasar lokal dan nasional yang lebih luas. 

Dengan inisiatif ini, transparansi harga meningkat dan petani dapat mendapatkan harga terbaik untuk produk mereka. Pertanian cerdas di Sragen berhasil berkat dukungan pemerintah kabupaten, yang memberikan infrastruktur dan pelatihan, serta kerja sama antara pengusaha, petani, dan akademisi. 

Petani tidak hanya memperoleh keterampilan teknis yang lebih baik melalui program ini, tetapi program ini juga mendorong pemuda untuk terlibat dalam pertanian dengan menggunakan teknologi canggih. 

Sragen melihat peningkatan produktivitas, efisiensi penggunaan sumber daya, dan adaptasi yang lebih baik terhadap perubahan iklim sebagai hasil dari penerapan teknologi pertanian. 

Ini menunjukkan bahwa integrasi teknologi dalam pertanian bukan hanya meningkatkan kinerja ekonomi tetapi juga membantu membangun pertanian yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. 

Penerapan pertanian cerdas berbasis teknologi informatika menunjukkan bagaimana teknologi dapat membantu mengatasi tantangan pertanian kontemporer, meningkatkan pengelolaan sumber daya alam, dan meningkatkan kesejahteraan petani. Untuk mendukung kemajuan sektor pertanian secara keseluruhan di Indonesia, inisiatif ini harus direplikasi di daerah lain.

Ade Bastian, S.T., M.Kom. 

(Dosen Informatika, Fakultas Teknik Universitas Majalengka)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun