Cerita lainnya yang saya dengar adalah apabila pelangi muncul dan ketika kita berhasil menemukan ujung dari pelangi, kata orang-orang, tepat di ujung pelangi itu terdapat harta karun. Apakah itu hartanya karun? Entahlah saya pun tak tahu.Â
Cerita kedua tentang pelangi itu benar-benar mempengaruhi saya semasa kecil, sehingga saya pernah mengajak teman-teman saya untuk menemukan ujung dari pelangi. Aneh bukan? Hehe
Kendati mungkin dianggap aneh, saya pikir cerita-cerita seperti dongeng atau mitos tidak hanya sekadar cerita pengantar tidur untuk anak, atau hanya cerita penghibur tatkala santai. Akan tetapi, ia juga memiliki nilai positif untuk anak-anak.Â
Pertama, ia bisa menjadi sarana untuk pendidikan. Di antar cerita seperti dongeng atau mitos  ada yang mengandung patuah atau pesan moral sehingga anak-anak bisa mengambil pelajaran dari cerita itu. Ia juga bisa menjadi sarana pengembangan kognitif anak.
Kedua, ia bisa menjadi perangsang kreatifitas dan pemikiran baru. Barthes dalam bukunya mythologies noondy, mengatakan bahwa tuturan mitologis dibuat untuk komunikasi dan mempunyai suatu proses signifikasi sehingga dapat diterima oleh akal.
Dalam hal ini mitos tidak dapat dikatakan hanya sebagai suatu objek, konsep, atau ide yang stagnan tetapi sebagai suatu modus signifikasi atau pemikiran baru. Â
Artinya pengkajian secara mendalam terhadap isi atau pesan maupun pengkajian pesan maupun pengkajian perbandingan sangat diperlukan guna mendapatkan pemikiran maupun pengetahuan tertentu, dan juga bisa digunakan untuk merangsang perkembangan kreativitas dalam berpikir.Â
Lantas apa sih penjelasan ilmiah tentang pelangi?
Mengutip dari Kompas.com, pelangi adalah fenomena alam yang merupakan proses optik.
Proses terbentuknya melibatkan tiga tahap yaitu refleksi, dispersi, dan refraksi.
Proses refleksi yaitu butiran air di udara bisa berfungsi seperti cermin kecil. Ketika cahaya matahari menyinari butiran air, sebagian besar cahaya akan dipantulkan kembali. Â