Mohon tunggu...
Ade T Bakri
Ade T Bakri Mohon Tunggu... Lainnya - Penyuka kopi

Adenyazdi.art.blog

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Terasa Hampa

22 Agustus 2020   21:59 Diperbarui: 26 September 2020   20:59 523
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang ku cari? tanyaku dalam hati.

Serasa semuanya berjalan begitu cepat, hari berganti hari. Bulan berganti. Tahun berganti. Dan aku masih tetap begini? 

Apa yang Aku cari untuk mengisi kebutuhan hatiku belum juga aku temukan. Kegelisahan, aku bungkus dengan senyuman.  Ketidak tenang, aku tutup dengan tertawa yang keras.  Aku marah. Namun kusadari itu semuanya kembali kepadaku, Semakin aku marah, Semakin Menambah kekosongan Hati. Aku terus berpikir keras, sebenarnya apa yg ingin ku cari dan ku temukan?

Aku terdiam sejenak. Meneguk kopi ku, Menghirup nafas dalam-dalam, mencoba merenungi setiap hal yg terjadi.

Hujan yang deras akhirnya akan berhenti, Malam yang gelap akan berganti cerah pagi,  ada senang, ada sedih, Ada sakit, ada sembuh.  Semuanya tercipta berpasang-pasang, seolah menuntun kita untuk memahami,  mengambil pelajaran bahwa  semua yang terjadi punya arti dan tujuan.

Mengapa kita “Ada”?

untuk apa kita “Ada”?

Lalu kemana kah kita setelah “Tiada”?

Kehidupan  Bagaikan pelayar yang berlayar di tengah lautan. Terkadang badai datang menghantam, Gelombang besar menghadang. menguji seberapa tanggung pelayar mengarungi lautan.

Pelayar yang tanggung akan terus Bertahan menghadapi badai dan gelombang hingga menemukan  tujuan akhir dari pelayaran.

Bagai sebuah seleksi yang dirancang untuk menguji daya tahan, semangat, Emosi, Kesabaran dan ikhtiar. Yang kemudian akan diketahui siapa benar-benar bertahan dalam mengarungi lautan kehidupan?

Apakah memilih menyerah, atau tetap melanjutkan perjalanan.

Pelayar sejati bukanlah pelayar yang hanya menyandarkan kapalnya di tepian, Tapi membawa kapalnya mengarungi  lautan, bertarung menaklukan ganasnya gelombang untuk menemukan arti sejati sebagai seorang pelayar.

Seperti Ungkapan para pelayar Ulung: Untuk apa punya bahtera Kalo hanya menambatkan di tepian?

Begitu pun kehidupan.  Segala macam persoalan, cobaan yang datang, menguji seberapa kuat diri kita mengarungi hidup, mencari  arti  mengapa  kita Ada di dunia ini, untuk apa, dan mau kemanakah kita, dan akan kembali kemana?

Hanya orang-orang mengerti dan memahami yang akan menerima setiap hal yang di dapatkannya dengan rasa Syukur. Baik itu senang maupun susah.

Hingga tiba masa di  panggilnya dirinya:

“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi di-ridho-Nya!

Tiba-tiba aku tersadar bahwa kopi yang ku minum tinggal ampas. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun