Bagai sebuah seleksi yang dirancang untuk menguji daya tahan, semangat, Emosi, Kesabaran dan ikhtiar. Yang kemudian akan diketahui siapa benar-benar bertahan dalam mengarungi lautan kehidupan?
Apakah memilih menyerah, atau tetap melanjutkan perjalanan.
Pelayar sejati bukanlah pelayar yang hanya menyandarkan kapalnya di tepian, Tapi membawa kapalnya mengarungi  lautan, bertarung menaklukan ganasnya gelombang untuk menemukan arti sejati sebagai seorang pelayar.
Seperti Ungkapan para pelayar Ulung: Untuk apa punya bahtera Kalo hanya menambatkan di tepian?
Begitu pun kehidupan.  Segala macam persoalan, cobaan yang datang, menguji seberapa kuat diri kita mengarungi hidup, mencari  arti  mengapa  kita Ada di dunia ini, untuk apa, dan mau kemanakah kita, dan akan kembali kemana?
Hanya orang-orang mengerti dan memahami yang akan menerima setiap hal yang di dapatkannya dengan rasa Syukur. Baik itu senang maupun susah.
Hingga tiba masa di  panggilnya dirinya:
“Wahai jiwa yang tenang! Kembalilah kepada Rabb-mu dengan hati yang puas lagi di-ridho-Nya!
Tiba-tiba aku tersadar bahwa kopi yang ku minum tinggal ampas.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H