Pendekatan metodologi dalam linguistik forensik mencakup analisis kualitatif dan kuantitatif. Analisis kualitatif melibatkan pemeriksaan rinci terhadap teks untuk mengidentifikasi karakteristik bahasa unik, seperti gaya penulisan, tata bahasa, dan pilihan kata.Â
Analisis kuantitatif, di sisi lain, menggunakan teknik statistik untuk mengukur frekuensi penggunaan kata atau pola kalimat tertentu. Kombinasi kedua pendekatan ini memungkinkan ahli linguistik forensik untuk memberikan analisis yang lebih mendalam dan akurat dalam kasus hukum.
Salah satu studi kasus terkenal dalam linguistik forensik adalah kasus "Unabomber" di Amerika Serikat. Ted Kaczynski mengirimkan surat-surat berisi ancaman kepada berbagai media. Dengan menganalisis bahasa yang digunakan dalam manifesto yang dia kirimkan, ahli linguistik berhasil mengenali pola penulisan yang serupa dengan tulisan-tulisan akademis Kaczynski sebelumnya.Â
Analisis ini menjadi salah satu bukti kunci yang membantu menangkapnya. Kasus ini menunjukkan bagaimana analisis bahasa dapat berperan penting dalam penyelidikan kriminal.
Di Indonesia, penerapan linguistik forensik mulai mendapatkan perhatian, terutama dalam konteks kasus hukum yang melibatkan pencemaran nama baik, ujaran kebencian, dan hoaks. Dengan meningkatnya penggunaan media sosial, tantangan dalam mengidentifikasi pelaku penyebaran hoaks semakin besar.Â
Ahli linguistik forensik di Indonesia menggunakan analisis bahasa untuk membantu mengidentifikasi penulis anonim dan memberikan bukti dalam kasus yang melibatkan ancaman atau ujaran kebencian. Potensi penerapan linguistik forensik di Indonesia masih sangat luas dan terus berkembang.
Penyebaran hoaks di media sosial telah menjadi masalah serius di berbagai negara, termasuk Indonesia. Linguistik forensik dapat membantu mengidentifikasi hoaks dengan menganalisis bahasa yang digunakan dalam pesan atau artikel hoaks.Â
Biasanya, hoaks memiliki pola bahasa tertentu, seperti penggunaan kata-kata yang bombastis, klaim tidak berdasar, atau frase yang menciptakan rasa urgensi. Ahli linguistik menganalisis teks-teks ini untuk mendeteksi ciri-ciri khas hoaks, seperti kalimat pendek yang bersifat persuasif dan penggunaan tanda baca berlebihan, yang sering kali digunakan untuk menimbulkan rasa panik di kalangan pembaca.
Dalam kasus kriminal yang melibatkan panggilan telepon atau rekaman suara, identifikasi pembicara menjadi aspek penting dalam linguistik forensik. Ahli linguistik menganalisis berbagai aspek dari suara, seperti aksen, intonasi, dan pola bicara untuk mengidentifikasi individu tertentu.Â
Analisis fonetik digunakan untuk memeriksa karakteristik unik suara seseorang. Teknologi speech recognition yang canggih kini memungkinkan deteksi pola suara dengan lebih akurat, yang membantu dalam penyelidikan kasus kejahatan, termasuk ancaman bom atau pemerasan yang dilakukan melalui telepon.
Ujaran kebencian yang tersebar di media sosial merupakan tantangan besar bagi penegak hukum. Linguistik forensik memainkan peran kunci dalam mengidentifikasi dan menganalisis ujaran kebencian. Ahli linguistik memeriksa penggunaan kata-kata atau frasa tertentu yang menargetkan kelompok tertentu berdasarkan ras, agama, atau orientasi seksual.Â