Mohon tunggu...
ade anita
ade anita Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, blogger

ibu rumah tangga yang suka menulis dan berkebun serta menonton drama silat china.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Akhirnya Cuma Ada Satu Kamu (Cerita Pasien Katarak)

11 Mei 2022   09:41 Diperbarui: 11 Mei 2022   10:01 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi dibuat sendiri oleh penulis

Akhirnya cuma ada satu kamu.
Kemarin sosokmu ada dua, tapi yang satu hanya mengintip tidak mau tampil menonjol.
Aku pikir, cintaku begitu banyak hingga akhirnya imajinasiku menambah satu lagi tambahan sosok kembaranmu. Tapi, ternyata bukan hanya kamu yang selalu tampil berdua dengan bayanganmu. Tapi juga seluruh benda sekeliling sejauh mataku memandang.

Sebutir apel ada bayangannya.
Setangkai bunga mawar yang cantik, ada bayangannya.
Anak-anak kita pun, punya bayangan.

Bayangan yang kumaksud itu, serupa gambar tayangan televisi analog yang antenanya tidak pas. Jadi, semua benda dan semua mahkluk, terlihat seakan membawa cermin yang ditaruh di sisi mereka, kemanapun mereka pergi.

Aku terganggu dengan penampakan yang tak bisa dienyahkan ini. Tapi, aku tidak bisa berbuat apa-apa.
Dokter mata memberiku ukuran kacamata yang terus berubah. Tapi bayangan tidak mau pergi.

Akhirnya, aku pasrah. Dan mulai beradaptasi dengan perubahan yang sepertinya harus ditelan bulat-bulat. Tidak bisa dilawan.

Semua angka yang tertulis tampil mendua.
Semua huruf yang tertulis tampil mendua.
Semua kata ada bayangannya.
Dan bayangan itu kian lama melumat sosok asli. Memaksa untuk melebur dan menyatu dengan sosok asli.
Lalu, tiba-tiba sosok asli mulai memburam.

Aku tertegun melihat sosok kamu mulai memburam.
Awalnya kukira bajumu yang kusam, wajahmu yang lusuh, dan sekitarmu terlihat berdebu.
Lama-lama aku mendapati diriku terperangkap dalan lingkungan yang penuh kabut.

Kabut terdapat dimana-mana. Menutupi semua pemandangan yang ingin aku lihat. Termasuk menutupi kamu.

"Mas, bajumu udah pada lusuh-lusuh nih. Nggak mau cari kaus rumah baru?"

"Ih, mas. Wajahmu lusuh. Terlihat lelah."

Mataku yang punya kekurangan, tapi kamu yang aku tegur. Alhamdulillah kamu tetap bersabar.

Ada kisah lucu. Yaitu ketika suara sirine mobil pemadam kebakaran terdengar amat jelas, dekat dan keras di rumahku. Waktu itu aku, kamu dan anak-anak kiita sedang menonton acara televisi. Spontan kita semua saling pandang.

"Ada kebakarankah? Dimana? Kok suaranya terdengar jelas banget. Tidak. Dia bahkan lewat di depan rumah kita!" Ujarmu. Aku  memandang sekeliling ruangan dan spontan berkomentar.

"Oh...iya nih... ruangan ini terlihat berasap. Aduh.... jangan-jangan kebakarannya berasal dari tetangga belakang rumah?"

Kita sekeluarga secara otomatis panik. Perumahan di belakang rumah adalah rumah kontrakan dempet yang bererot dipisahkan oleh gang sempit. Bisa dipastikan, jika terjadi kebakaran disana, api pasti akan menyambar dengan cepat antara satu rumah ke rumah yang lain. Dan bisa jadi sampai juga ke rumah kita.

Kita sekeluarga berhamburan lari ke lantai bawah. Menyambar mukenah. Ini pakaian menutup aurat paling mudah dikenakan untuk kondisi darurat seperti kebakaran atau ada bencana alam. Kamu dan anak kita lari ke luar. Aku mampir dulu di ruang makan. Meraih handphone dan di sebelah handphone ada  kacamata. Kukenakan kacamataku lalu barulah menyadari satu hal.

"Eh... bukan. Bukan ruangannya yang berasap. Tapi mata ibu yang belum pakai kacamata."

Hahaha. Anak-anak langsung tertawa mentertawakan kehebohan akibat lontaran kesaksian seorang pasien katarak. Iya, mataku memang punya katarak kata dokter. Stadiumnya sudah melebihi pertengahan, sehingga dokter menyarankanuntuk segera operasi katarak. Lensa mata yang kubawa dari lahir, sudah mulai mengalami kerusakan sehingga harus diganti dengan lensa buatan pabrik. 

Ini termasuk ikhtiar, tidak pernah bermaksud untuk mengganti apa yang Tuhan berikan pada kita dengan buatan manusia. Jika tidak diganti, mungkin kesalah pahaman akibatnya akan semakin panjang daftarnya. Lebih dari itu, aku khawatir tidak bisa melihat nikmat yang terus berhamburan dari Allah untuk kita setiap harinya. 


Alhamdulillah,  akhirnya kemarin, hari Senin 9 Mei 2022, aku menjalani operasi katarak untuk mataku. Kacamata sudah tidak dapat menolong. Karena semua mulai terlihat berkabut. Kabut yang mulai mendatangkan rasa pusing dan mual jika dipaksa untuk terus membaca tulisan, atau mengamati sesuatu dengan amat seksama.Operasi dilakukan pukul 16.00 WIB.Selesai pukul 18.00 WIB.

Dan orang yang pertama kali ingin kulihat adalah kamu.
Masya Allah. Akhirnya, cuma ada satu kamu. Tak ada lagi bayangan yang membuntutimu. Tak ada lagi kabut yang menghalangi. Kamu terlihat jelas, bersih, terang.
Dan demikian juga semua benda yang aku lihat di sekelilingmu.
Alhamdulillah.
Sungguh bisa melihat dengan jelas itu adalah sebuah nikmat Allah yang tak terhingga nilainya.

ini kamu yang aku lihat sebelumnya, ada bayangannya (foto koleksi pribadi)
ini kamu yang aku lihat sebelumnya, ada bayangannya (foto koleksi pribadi)
ini kamu tahun lalu, ketika bayanganmu bertambah (foto koleksi pribadi)
ini kamu tahun lalu, ketika bayanganmu bertambah (foto koleksi pribadi)
dan ini penampakanmu di matamu sebelum operasi, semakin buram (foto koleksi pribadi)
dan ini penampakanmu di matamu sebelum operasi, semakin buram (foto koleksi pribadi)

akhirnya cuma ada satu kamu, jelas, terang, bersih terlihat setelah operasi katarak (foto koleksi pribadi)
akhirnya cuma ada satu kamu, jelas, terang, bersih terlihat setelah operasi katarak (foto koleksi pribadi)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun