Tapi, perlahan mereka belajar, berapa detik serangan sakit datang. Lalu mereka berusaha beradaptasi dengan rasa sakit karena penyakit tuanya. Adaptasi ini dimaksudkan agar tidak menyusahkan orang lain, terutama menyusahkan anak-anaknya.Â
Seiring bertambah waktu, ada banyak sekali penyesuaian yang sudah para orang tua lakukan demi bisa tetap mandiri dan tidak menyusahkan anaknya.
Dan ketika waktu telah berakhir, kematian datang.
Masalahnya, ketika waktu berakhir dan para orang tua meninggal dunia, kita para anak, kehilangan kesempatan untuk berbuat baik pada mereka.Â
Kita para anaklah yang kehilangan kesempatan untuk merajut kenangan bercengkerama dengan para orang tua kita. Dan kita kehilangan kesempatan untuk melatih kesabaran dan menempa rasa ikhlas ketika bersosialisasi dengan orang tua kita.
Jadi, berbakti pada orang tua itu sama sekali bukan sekadar kewajiban. Tapi kesempatan yang diberikan pada anak jika mereka ingin menjadi anak yang sholeh.Â
Sesungguhnya, berbakti pada orang tua itu adalah kesempatan yang Allah berikan pada kita sebagai anak. Karena kelak  sama seperti para orang tua kita, kita juga akan mengalami kepayahan demi kepayahan menjalani sisa usia di masa tua, sebelum akhirnya  kematian datang menjemput. Â
Dan setelah kematian terjadi, kita akan diminta pertanggung jawaban atas apa yang pernah kita lakukan selama hidup di dunia.
Untuk apa rezekimu digunakan?
Untuk apa kesehatanmu digunakan?
Untuk siapa saja kemampuan fisikmu disalurkan manfaatnya?
Jadi, manfaatkan kesempatan yang ada selagi kita mampu dan masih diberi hidup di dunia ini. Orang tua tidak butuh bantuan kita. Â Kitalah yang butuh kesempatan untuk bisa membantu mereka.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H