Lalu aku segera mencari lagi penjual minyak goreng online. Memang sih di rumah minyak goreng akhirnya aku punya, botolan 2 liter. Tapi, itu bisa bertahan berapa lama? Keluargaku kan penggemar gorengan. Makan soto dengan emping. Di dalam soto, ada ayam goreng yang disuwir-suwir dan potongan kentang goreng. Lalu ditaburi bawang goreng. Baiklah, mungkin ayam dan kentang bisa direbus, tapi bawang goreng dan emping goreng mana bisa diganti jadi bawang rebus dan emping rebus?
Akhirnya, aku berhasil menemukan penjual yang menjual minyak goreng dengan HET Minyak Goreng yang baru. Harganya naiknya sudah banyak sekali.
Harganya jadi mahal. Pemerintah saat itu padahal sudah memberitahu bahwa HET Minyak goreng adalah sebesar Rp28.000. Tapi, saat itu sudah tidak ada lagi penjual minyak goreng online yang menjual di harga itu. Jika pun ada cepat sekali habisnya. Baru pesan da bayar, lalu uang dikembalikan karena barangnya sudah habis. Tapi, sebagai rakyat biasa, aku bisa apa? Mau jerit protes suara kami tidak ada yang mendengar juga. Bapak-bapak terhormat di atas sana sepertinya sibuk sendiri-sendiri.
Hingga akhirnya, sepanjang bulan Februari, teman dan tetangga serta saudara mulai sering kudengar curhat karena kelangkaan minyak goreng.Â
Lalu, berita tentang kelangkaan minyak goreng semakin meluas. Kondisi tentang kelangkaan ini aku rasakan sendiri ketika aku sedang berbelanja mingguan di suatu pagi di Alfamart. Waktu itu hari baru pukul 09.00 pagi.
Di pelataran parkir Alfamart banyak orang berkerumun. Aku melewati mereka. Aku ingat, waktu itu putri bungsuku yang sedang mengalami flu berat dan demam. Karena putriku tidak nafsu makan maka aku ingin membeli biskuit Malkist kesukaannya. Aku pikir tak apalah makan biskuit Malkist daripada sama sekali tidak diisi perutnya. Â Nah, ketika sedang memasukkan biskuit Malkist ke dalam keranjang belanjaan itulah terjadi sebuah keributan di depan kasir.Â
Rupanya seorang perempuan ditolak oleh kasir ketika akan membeli minyak goreng. Alasannya karena perempuan itu dianggap sudah membeli minyak goreng sebelumnya. Perempuan itu ngotot bilang belum membelinya. Lalu kasir menunjuk alamat yang tertera di KTP milik perempuan tersebut.
"Bu, memang ibu belum membelinya. Tapi saya ingat, sebelum ibu datang sudah ada perempuan yang usianya lebih tua dari ibu dengan alamat rumah yang sama membeli minyak goreng. Juga ada seorang laki-laki, yang juga membeli minyak goreng dengan alamat KTP yang sama dengan ibu. Kebijakan kami, kami hanya menjual minyak goreng maksimal dua kemasan saja untuk satu rumah."