Aku ingat ketika dulu pernah menonton acara Oprah Winfrey, yang membahas tentang Islamophobia yang diidap oleh seseorang yang menjadi warga negara Amerika. Di acara tersebut, Oprah mempertemukan orang pengidap islamophobia dengan wanita muslimah amerika.
Kebetulan, wanita muslimah yang hadir di acara tersebut adalah wanita yang dari kulitnya sih berasal dari daerah Timur Tengah sana. Tapi sudah lama menjadi warga negara Amerika secara resmi. Dia bercerita tentang kegiatan kesehariannya sebagai seorang muslimah. Yang meski tidak mengenakan hijab tapi tidak pernah meninggalkan shalat dan membaca Al Quran di rumahnya. Dia juga tidak mengkonsumsi alkohol dan tidak memakan pork.Â
"Saya sama seperti warga negara amerika yang lain. Bedanya, saya menjalankan apa yang dilarang oleh agama saya, Islam, yaitu tidak mengkonsumsi alkohol dan pork. Selebihnya, sama. Bedanya, jika kalian pergi ke gereja, saya pergi ke masjid. Jika kalian membaca injil maka saya membaca Al Quran. Jika kalian menyanyikan lagu rohani maka saya mengaji al quran. Mengaji Al Quran itu adalah membaca kitab Al Quran tapi dengan intonasi tertentu karena memang demikianlah huruf arab dibaca. Ada iramanya agar terdengar indah."
Lalu Oprah bertanya pada pengidap Islamophobia, apa sebenarnya yang membuat dia merasa takut terhadap islam. Si pengidap islamophobia berkata, bahwa dia selalu melihat bahwa orang islam itu adalah orang-orang yang pasti akan menyerang, membunuh, dan bagian dari teroris.Â
"Tapi pelaku terorisme itu bisa berasal dari ras dan agama yang lain. Kenapa tidak takut pada mereka?"
Si pengidap islamophobia tidak bisa menjawabnya. Sepanjang acara, duduk dan sikap tubuh si pengidap islamophobia ini terlihat tidak nyaman sekali. Dia terlihat takut untuk menatap ke arah wanita muslimah. Memilih untuk duduk jauh dari si wanita muslimah ini. Jadi, benar-benar terlihat ketakutan dan bisa dikatakan, 75% merasa jijik juga sih.Â
Akhirnya, Oprah menawarkan bagaimana jika si pengidap islamophobia ini selama beberapa hari mendampingi si wanita muslimah ini dalam berkegiatan sehari-hari. Lalu, lihat apakah ada perubahan yang positif yang dia alami setelah melakukan itu. Karena, berdasarkan pendapat para ahli, cara efektif menyembuhkan phobia adalah dengan berusaha mengenal lebih dekat apa yang ditakut tersebut.Â
Hari-hari selanjutnya, akhirnya wanita pengidap islamophobia ini berkunjung ke rumah si wanita muslimah. Dia melihat bagaimana ternyata wanita muslimah ini menjaga kebersihan rumahnya dengan baik. Karena, "Agama Islam memerintahkan agar rumah bersih dari najis. Najis itu kotoran. Dengan begitu, seluruh bagian rumah bisa layak digunakan untuk mendirikan shalat atau mengaji.".
Lalu melihat si wanita muslimah melakukan acara bersih-bersih sebelum shalat. "Ini namanya wudhu, gunanya untuk membersihkan tubuh dari kotoran yang mungkin melekat. Karena shalat itu hendaknya dalam kondisi bersih dari kotoran. Bahkan mengenakan pakaian terbaik yang kita miliki. Tidak perlu mahal yang penting tidak bolong-bolong hingga memperlihatkan aurat dan bersih."Â
Di Amerika, karena negara 4 musim, tidak lazim orang rajin membersihkan tubuh mereka. Mandi tuh jarang dilakukan. Orang Amerika seringnya rajin gosok gigi saja, lalu basuh muka sekedarnya. Itu sebabnya si wanita pengidap islamophobia keheranan melihat si wanita muslimah dalam sehari 5 kali membersihkan tubuh lewat wudhu.
Setelah sepekan, wanita ini menyampaikan testimoninya di acara Oprah lagi. Dia bilang, dia mulai bisa menurunkan rasa phobianya. Dia bisa menerima keberadaan orang islam di dekatnya. Dulu, dia benar-benar jaga jarak karena takut. Sekarang sudah bisa berdampingan meski masih belum bisa menghilangkan rasa curiganya. Yang satu ini mungkin butuh waktu.
Islamophobia, Apa itu?
Dari wikipedia Indonesia, aku mendapat keterangan apa yang dimaksud dengan Islamophobia.
Islamofobia adalah istilah kontroversial yang merujuk pada prasangka, diskriminasi, ketakutan dan kebencian terhadap Islam dan Muslim. Istilah ini sudah ada sejak tahun 1980-an, tetapi menjadi lebih populer setelah peristiwa Serangan 11 September 2001.
Syahrul Khan pernah mengangkat isyu tentang islamophobia ini di dalam filmnya, My Name is Khan. Bercerita tentang betapa sulitnya dia yang memiliki nama yang berbau islam masuk ke Amerika pasca peristiwa 11 September 2001.
Teman-temanku yang memiliki nama yang berbau Arab juga mengalami hal yang sama bahkan di pertengahan tahun 2000-an. Jadi jauh setelah tahun 2001 berlalu.
Dan aku pernah mengalami hal yang serupa di tahun 2014 silam ketika berlibur ke Sydney, Australia.
status fecebookku, 15 agustus 2014, yang melengkapi keterangan foto di atas :
"Nak... fotoin ibu deh. Seluruh badan ya."
Lalu anakku segera mengabadikan potret diriku.
"Kok ibu gak senyum?"
"Iya... sengaja."
"Harus serius gitu mukanya bu? Jutek tau."
"Biarin ah. Udah. Foto aja dulu, ibu penasaran ama muka dan penampilan ibu. Tetap aja heran. Kenapa dari sekian banyak orang yang antri di imigrasi Kingsford smith, cuma ibu yang dipisahkan dan discan seluruh badan."
"Ih..ibu gak percaya banget sih. Itu karena ibu pake jilbab lebar. Soalnya aku liat mereka yang dipisahkan itu juga yang mirip2 gitu gayanya. Arab brewokan, atau arab yang matanya dalam." (Komentar anak sulungku).
*hmm... apa iya aku mirip teroris? Apa gara2 lipstiknya kehapus pas minum dan kacamata hitam segede jengkol lupa dipasang biar ngasi kesan trendy? Lainkali..pake lipstik waterproof deh.. Â Hahahahha... dua penampilan dengan dua kesan berbeda. Pernah ngalamin juga gak hal spt ini?
Mungkin itulah gambaran apa yang dimaksud dengan islamophobia.
15 Maret Sebagai Hari Memerangi Islamophobia
Puncak islamophobia yang terjadi di dunia, yang menggemparkan banyak orang, adalah yang apa yang terjadi di Selandia Baru. Tepatnya pada hari Jumat tanggal 15 Maret 2019 di wilayah Christchurch, Selandia Baru . Ketika itu, seorang pria bernama Brendon Tarrant menyiarkan secara langsung aksi penembakan melalui Facebook dengan perangkat kamera yang dapat dipasang di kepala.Â
Kebetulan, entah gimana ceritanya, aku mendapat kiriman video tentang serangan brutal tersebut. Adegannya mirip adegan video game dimana kita diharuskan membunuh para zombi yang ada di hadapan kita. Tidak peduli jenis kelamin dan usia mereka, pokoknya tembak saja langsung.Â
Nah, demikianlah adegan yang aku lihat di video tersebut. Layar kamera yang diperlihatkan oleh Brendan Tarrant memperlihatkan dia dengan senjata otomatisnya, menembak semua orang yang tampak di depannya di dalam sebuah masjid.Â
Masjid pertama, orang-orangnya  sedang bersiap untuk menjalankan ibadah shalat jumat. Jadi, ada yang sedang berwudhu, ada yang baru selesai berwudhu, ada yang duduk membaca AL Quran, ada yang duduk sambil berdzikir dan menatap mimbar, ada juga yang sedang menjalankan shalat sunnah (sepertinya, karena waktu shalat jumat belum dimulai sih).Â
Lalu ada yang baru saja melepas sepatu dan menyimpanya di rak sepatu lalu menuju ke arah tempat wudhu. Semuanya ditembaki oleh BT. Dan dalam sekejap, tubuh-tubuh bergelimpangan. Mereka yang baru saja akan masuk ke masjid, ada yang spontan melongok untuk mencari tahu ada keributan apa, juga lansung dihabisi. Mereka yang berhasil melarikan diri, beberapa ada yang dihabisi beberapa berhasil kabur.
Total seluruh korban BT di hari itu adalah 5 orang meninggal dunia dan 48 lainnya cedera. 2 orang di antara mereka yang cidera adalah warga negara Indonesia.
Perdana Menteri Selandia Baru, Jacinda Ardern, menyebut kejadian itu sebagai salah satu "hari terkelam" negara tersebut.
Peristiwa tragis ini tentu saja tidak boleh lagi terjadi. Tidak di Selandia Baru juga tidak di negara manapun di seluruh dunia. Itu sebabnya, Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) resmi menetapkan tanggal 15 Maret sebagai Hari Internasional untuk Memerangi Islamofobia atau International Day to Combat Islamophobia.
PBB menyatakan bahwa Sidang Umum PBB menyerukan penguatan upaya internasional untuk mendukung dialog global yang mempromosikan budaya toleransi dan perdamaian, berlandaskan pada penghargaan terhadap HAM dan keberagaman beragama dan berkeyakinan.Â
Islam itu, sesungguhnya adalah agama yang membawa rahmat bagi banyak orang. Agama perdamaian dan di dalamnya ada ajaran untuk toleransi. Tak kenal maka tak sayang. Jadi, pelajarilah dulu, insya Allah akan mendapat petunjuk yang benar.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H