Mohon tunggu...
Ade Ajeng Tianti
Ade Ajeng Tianti Mohon Tunggu... -

16 SHS | X.9

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Ibu Rumah Tangga yang Menjadi Tulang Punggung Keluarganya

14 April 2014   19:34 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:41 248
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Wirda Ningsih adalah ibu rumah tangga yang menjadi tulang punggung keluarganya. sebelum suaminya meninggal dunia karena penyakit diabetes dan paru-paru ibu wirda ningsih sudah mencari nafkah menggantikan suaminya. Dulu suaminya sempat bekerja disebuah bengkel tetapi karena sakit akhirnya suaminya keluar dan menjadi pengangguran. Mau tidak mau ibu Ningsih harus menggantikan posisi suaminya menjadi tulang punggung keluarga.

Ibu Wirda Ningsih mempunyai satu anak perempuan yang duduk dibangku SMK Negeri didaerah Rawa Lumbu. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya ibu Ningsih bekerja dipusat perbelanjaan didaerah Cililitan. Ibu Ningsih setiap harinya bekerja dari jam 11 pagi sampai jam 9 malam. Sebelum berangkat bekerja ibu Ningsih membersihkan dan merapihkan rumah terlebih dahulu, mulai dari memasak, menyapu, mencuci, dll. kemudian barulah ibu Ningsih berangkat bekerja. Ibu Ningsih mulai bekerja sejak suaminya keluar dan berhenti bekerja karena sakit sekitar 4 setengah tahun sampai sekarang.

mungkin terlalu berat untuk wanita menanggung 2 kewajiban yang harus dijalaninya yaitu menjadi ibu rumah tangga dan bapak rumah tangga. Berbeda sekali dengan jaman dulu, jaman dulu wanita hanya bekerja didapur dan mengenyam pendidikan yang tidak terlalu tinggi, dan tidak bisa mengerjakan pekerjaan laki-laki. Namun saat ini perempuan bisa mengenyam pendidikan yang sangat tinggi dan bahkan saat ini banyak wanita yang mampu menggantikan posisi laki-laki.

seperti ibu Ningsih, ia mampu mencari nafkah menggantikan alm. suaminya dan sanggup membiayai sekolah putrinya. putrinya pun bercita-cita menjadi animator demi membahagiakan orang tua dan mewujudkan keinginan orang tuanya yang belum tercapai.

Upah yang diterima ibu Ningsih juga tidak terlalu besar, tetapi ibu Ningsih mempunyai semangat dan kerja keras untuk menghidupi dirinya dan anak perempuannya. Rumah yang tidak terlalu besar dan hanya ada 2 orang saja merupakan tempat berlindung ibu Ningsih beserta anaknya. keluarga yang sederhana tetapi penuh dengan kehangatan. semangat hidup ibu Ningsih adalah anaknya, karena kini yang dimiliki ibu Ningsih hanya anak perempuannya, dan ibu Ningsih harus berjuang sendiri untuk menjalani kehidupannya.

Jaman sekarang sudah tidak aneh lagi jika ada wanita yang bekerja keras dan menjadi tulang punggung keluarganya, dan bekerja berat sekalipun itu adalah pekerjaan yang harusnya dilakukan  laki-laki.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun