Mohon tunggu...
Adea Fitriana
Adea Fitriana Mohon Tunggu... -

english literature student; love presenting, singing :)

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Nilai Tinggi, Belum Tentu Cerdas

26 Agustus 2011   13:46 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:27 153
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Nilai tinggi, sudah pasti pintar, itu tidak perlu dipertanyakan lagi!”. Itulah anggapan yang berkembang di sebagian masyarakat, masyarakat seringkali terlalu cepat menilai bahwa sesuatu itu luar biasa karena hasil yang fantastis, sedangkan proses malah diabaikan, bahkan ditutup-tutupi. Hasil baik adalah cermin kehebatan sesorang, itulah anggapan sebagian orang, sekarang.

Padahal, sesungguhnya nilai bukanlah satu-satunya indikator kepintaran seseorang. Nilai tidak selalu menunjukan bagaimana seseorang itu seharusnya dinilai. Bagi seorang mahasiswa, nilai adalah pemberian dari para dosen yang terhormat. Lalu pertanyaannya adalah, apabila nilai adalah pemberian, apa setiap dosen itu dapat berlaku seobjektif mungkin dalam menilai? Apa mereka menilai setiap mahasiswa dengan seadil-adilnya? Sudahkah mereka mengawasi setiap tindakan curang yang dilakukan para mahasiswanya? Dan hal terpenting adalah, dapatkah para mahasiswa yang mendapat nilai setinggi langit mempertanggungajawabkan nilainya di kemudian hari apabila nilai-nilai yang menjulang tersebut hanya berasal dari penilaian yang tidak objektif?

Ironisnya, saat ini, seringkali nilai menjadi acuan utama, sebagian mahasiswa seringkali memanfaatkan keadaan yang tidak objektifini untuk sedemikian rupa merangkai rentetan cara agar melambungkan nilai yang tak semestinya. Mereka pertahankan dosen yang tidak objektif ini hanya untuk memenuhi segala peralatan iklan kepintaran, agar mereka dapat mempromosikan angka-angka aspal itu kepada semua orang.

Lalu dengan keadaan yang seperti ini, apabila keobjektifan masih dipertanyakan, sudahkah nilai itu bisa dijadikan satu-satunya indikator kepintaran? Sungguh tidak adil rasanya hanya menghukum anggapan terhadap seseorang melalui deretan angka-angka pemberian, karena pintar adalah luwes memainkan teori dalam tindakan nyata, bukan nilai yang tercipta.

Perlu untuk diingat, didalam masa depan, nilai tinggi adalah salah satu syarat dan cara untuk masuk dalam suatu area kesuksesan, tetapi apabila deretan angka-angka itu hanya ketidakobjektifan semata, maka dengan cepat kita sampai ke gerbang pintu keluar area kesuksesan itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun