Mohon tunggu...
Ade Bagus Kusuma
Ade Bagus Kusuma Mohon Tunggu... -

simpel, eazy, learner.... www.adebaguskusuma.com

Selanjutnya

Tutup

Politik

Mari Cukur Kumis Bang Foke

8 Juni 2012   05:29 Diperbarui: 25 Juni 2015   04:15 854
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jakarta yang berkumis (berantakan kumuh dan miskin) telah menjadi persoalan selama berpuluh tahun. Karena begitu berkumisnya jakarta sampai memantik reaksi keras dari kobu bang foke, black campaign katanya. What up mann?, kumis memang selalu identik dengan bang foke dan bang foke juga sangat identik dengan Jakarta, maka kumis adalah Jakarta. Jika bang foke mencukur kumisnya tentu selesai sudah masalahnya, tapi relakah bang foke mencukur kumisnya?

Kumis telah menjadi brand bang foke sekaligus menjadi brand Jakarta, jika bang foke menunjukkan kinerja cemerlang dengan mencoba mencukur habis kumis Jakarta tentu tidak ada masalah dengan kumisnya. Inilah hal yang terunik dalam politik kita, citra politik menjadi dewa dan brand telah menjadi gengsi politik. Kubu bang foke mencak-mencak hanya karena sebutan berkumis, padahal slogan adalah kreativitas, marketing politik juga kreatifitas dalam menjual image pribadi dan berupaya memperkecil image lawan.

Sebagai incumbent, Foke sudah dibekali instrumen kampanye terselubung yang leluasa dia gunakan kapanpun dan dimanapun. Foke bisa memasukkan anggaran pemprov untuk beragam sosialisasi yang berimpact kepada citranya, sebuah previllage yang sulit diperoleh kandidat lain. Oleh karena itu tim sukses lawan di tuntut untuk sekreatif mungkin mencari celah agar kampanye yang diterapkan dengan budget yang murah tapi berdampak signifikan.

Upaya kreatif ini seharusnya menjadi pemacu bagi tim kreatif foke untuk membalas dengan sesuatu yang lebih kreatif lagi. Bukan sifat reaktif yang cenderung mengabaikan akal sehat. Jujur saja saya sangat tertarik dengan slogan jakarta “berkumis” (berantakan, kumuh, dan miskin), begitu menggelitik dan memang faktual. Anak muda menyukai ini karena lahir di era generasi yang kritis dan melek media.

Melaporkan tim sukses lain kepada pengawas KPU hanya akan menjadi promosi gratis dan semakin tenarnya slogan “berkumis”. Mungkin sebagai jawaban atas slogan kumis jakarta bang foke bisa membuat acara show bertajuk “Mari Cukur Kumis Jakarta” dengan opening yang diawali bang foke yang mencukur kumisnya sendiri, sehingga wajahnya bang foke menjadi lebih bersih dan diharapkan Jakarta juga lebih bersih. Berani cukur “kumis” bang foke?

Gresik, 8 Juni 2012

ilustrasi gambar: www.inilah.com

Potensi Periklanan Politik dalam Sistem Pemasaran Modern

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun