DUA BELAS
KONDISI KESEHATAN FIAN MEMBURUK
Â
        "Ma....",  suara Fian membangunkan Reni dari tidurnya  yang lelap. " ada apa pa?"  Jawab Reni dan langsung  terbangun. "Badan papa kog tiba-tiba terasa lemas ma," kata suaminya. Reni ulurkan telapak tanganya ke dahi suaminya, Ya Allah, Fian suaminya mengalami deman tinggi, Reni segera bangun dan menuju dapur untuk ambil air hangat dan kain untuk mengompres dahi suaminya. Semalam penuh suaminya tidak bisa tidur dan demamnya tak kunjung turun, Reni tidak henti-hentinya mengopres dan memijat bagian tubuh suaminya. Beberapa kali  suaminya mengeluh terasa pegal di seluruh tubuhnya dan sesak nafasnya.
        Esok paginya  Reni bangun lebih awal, ia siapkan semua kebutuhan ke dua anaknya, dan Reni berpesan dengan asisten rumah tangganya Bi Ani namanya. "Bi.., mungkin saya pulang siang atau sore, karena mau ngantar  berobat ke rumah sakit" kata Reni pada Bi Ani. "Siapa yang sakit bu?" tanya Bi Ani. "Papa Glan sakit Bi,  semalam ia demam dan nafasnya sesak". Jawab Reni. "Baik bu," jawab bi Ani.  Selesai menyiapkan kebutuhan anak-anaknya Reni segera menuju kamar Gland dan Shan memberi tahukan kalau hari ini mama dan papanya ke rumah sakit untuk berobat. Reni  bersama suaminya  berangkat ke rumah sakit. Reni segera membantu  suaminya untuk menuju ke mobil. Glan, Shan membawakan tas dan beberapa obat yang biasa diminum papanya bila sakitnya kambuh dan meletakkan obat-obat itu ke dalam tas mama.
        Sampai di rumah sakit, antrian  di bagian pendaftar  beobat sudah lumayan panjang, Reni tinggalkan suaminya di kursi tunggu pasien, dan Reni langsung antri mendaftar. Tidak berapa lama nomor antriannya dipanggil segera Reni ke bagian pendaftaran dan mengambil berkas menuju poli umum. Reni bersama suaminya menunggu, dan akhirnya giliran suaminya yang di panggil ruang pemeriksaan dokter di poli umum.
        Setelah diperiksa, dokter merujuk suami Reni untuk kebagian rontgen, Reni bersama suaminya menuju ke bagian radiologi. Reni melihat kondisi suaminya yang melemah maka Reni gunakan kursi roda untuk mengantar suaminya ke ruangan rontgen. Syukur  belum ada antrian, Reni segera menuju ke bagian  pendaftarakan, tidak berapa lama suaminya dipanggil masuk ke ruang rontgen. Hasil dari rontgen baru ke luar siang sekitar pukul 13.30 wib, Reni putuskan  untuk tetap menunggu saja.
        Selesai rontgen sambil menunggu  hasil rontgen Reni dorong kursi roda suaminya ke arah kantin rumah sakit. Reni bertanya pada suaminya, " mau makan apa Pa?" Suaminya menjawab," nanti kalau makan tambah sakit ma,"  katanya. Tapi Reni pikir kalau tidak makan juga sakit. Reni bingung mau pilihkan makanan apa yang  mudah ditelan dan dicerna di lambung suaminya. Akhirnya Reni pesan bubur ayam dan air putih hangat. Reni menyuap suaminya dengan perlahan, sambil menahan sakit suaminya menghirup setiap sendok suapan Reni dan menelan setiap suapan dengan berlahan. Terbersit sedih yang dalam di hati Reni. Ada rasa takut menghantui  sisi hatinya, ia takut  kehilangan suaminya. Mengalir air mata  bening di sudut matanya, segera Reni menghapusnya, khawatir Fian akan melihat kesedihanya, Reni tidak ingin suaminya melihat ia bersedih.
        Setelah beberapa suap suaminya tidak mau melajutkan makanya, nafasnya kembali sesah segera Reni memberikan inhaler ke suaminya. Setelah nafasnya mulai stabil " Pa, mama ke mushola sholad Dhuhur dulu ya, papa mau sholad juga?"  tanya Reni pada suaminya. Suaminya menjawab dengan lemah, "ya". Ia kembali mendorong kursi roda menju mushola rumah sakit. Reni membantu suaminya untuk wudhu. Setelah itu suaminya kembali  duduk di kusi rodanya dan sholat dengan duduk di kursi rodanya. Reni menuju ke dalam mushola, ia sholad dhuhur dengan khusuk, setiap  takbir, rukuk sujudnya, ia jadikan permohonan. Air matanya berlahan mengalir disetiap doa yang ia lafazkan. Selesai doa tak tebendung lagi air mata Reni, Reni memohon" jangan uji aku ya Allah dengan sakit suamiku, angkatlah penyakitnya Ya Allah," dengan lirih Reni memohon  ke hadirat Allah SWT.
        Reni tidak berlama-lama dalam doanya, teringat suaminya menunggu di luar. Reni segera menuju ke arahnya, dan kembali mendorong kursi rodanya menuju ruang rontgen. Alhamdulillah pukul 13.00 wib, hasil rontgen sudah keluar, kembali Reni mendorong kursi roda suamnya menuju  poli umum, Reni harus antri kembali di poli itu.
        Sambil menunggu, Reni berdoa, panggilan dari  poli  umum menghentikan doa-doanya, Reni segera membawa masuk suaminya ke ruang dokter. Dokter membacakan hasil rongten, dari hasil rontgen diperoleh hasil, ada penyempitan di pembuluh jantung, maka  dokter  memeriksa krmbali . Akhirnya dokter menyarankan agar suaminya rawat inap. Reni tidak bisa menolak, melihat kondisi suaminya yang semakin lemah.