Mohon tunggu...
ADE SURIYANIE
ADE SURIYANIE Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang belajar tentang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Parenting Pilihan

Kebahagiaan atau Membahagiakan Anak?

7 November 2022   15:31 Diperbarui: 7 November 2022   15:46 261
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Parenting. Sumber ilustrasi: Freepik

Pembahasan tentang anak selalu menjadi pembicaraan yang takkan habis tuntas dibahas. Dari masalah tumbuh kembangnya, pergaulannya, pola asuh dan lainnya. Pembahasan tumbuh kembang anak menarik untuk diketahui bersama oleh para Orang tua terlebih pada calon-calon Ibu muda. Jika seorang akan mengikat janji suci dalam pernikahan alangkah lebih baik banyak mempelajari bagaimana persiapan untuk menjadi Orang tua. 

Takada sekolah untuk menjadi Orang tua yang baik. Menjadi Orang tua dari anak-anak yang memiliki berbagai macam karakter tentunya akan membuat Orang tua memperlakukan mereka dengan cara yang berbeda. Bukan berarti ingin membeda-bedakan anak, sebagai Orang tua yang paham bagaimana masing-masing kepribadian dan pembawaan dari si anak. 

Teringat pada bagaimana cara Orang tua dahulu mendidik kami di waktu kecil. Memang kami bukan keluarga besar terdiri dari lima bersaudara. Tugas Ayah mencari nafkah keluarga dan tugas Ibu merawat kami di rumah. Urusan pendidikan terutama memilih sekolah bagi kami itu menjadi tugas Ayah. Sedangkan Ibu mendampingi kami belajar dibantu oleh Guru les privat yang datang ke rumah dua kali dalam sepekan. 

Untuk masalah Guru Privat yang sengaja didatangkan ke rumah karena efisien waktu. Maklum Ibu memiliki anak yang usianya berbeda-beda. Guru Privat itu pun diperuntukkan membantu memberikan pengayaan pada dua anggota keluarga yang sekolahnya di Negeri. Sedangkan bagi anak lainnya yang sekolah di Swasta maka tidak diberikan Guru Privat karena jam belajarnya sudah lama di sekolah.

Bukan ingin membedakan anak yang bersekolah di Negeri dan Swasta, pertimbangannya karena waktu belajar berbeda dan untuk lebih memperdalam materi semata. Memang dari satu keluarga tidak semua bisa belajar dan menguasai materi dengan cepat. Ayah sangat memperhatikan kebutuhan kami sehingga setelah mengajak kami bermusyawarah baru diputuskan jika ada diantara kami yang akan ikut les privat. Begitulah Ayah yang selalu mengajak kami bermusyawarah dalam hal perkembangan belajar kelima anaknya. 

Masalah kesehatan pun tak luput dari pengawasan Ayah. Bukan karena anak itu bodoh atau terlambat daya tangkap untuk menerima pelajaran, tetapi kesehatan itu menjadi kunci utama seorang anak untuk bisa fokus dan menguasai pembelajaran. Apalagi di masa saat ini dimana penyakit yang dahulu dianggap sebagai penyakit ringan, setelah masa Pandemi ini BAPIL menjadi sesuatu penyakit yang menghebohkan. 

Kini setelah saya menjadi Guru baru memahami mengapa dahulu Ayah sangat perhatian pada kesehatan kami. Teringat kata-kata Ayah jika salah satu dari  kami sedang sakit, "Ayo..cepat sehat kembali..Fokus pada  penyembuhan dan pemulihan lalu mulai semangat untuk mengejar ketertinggalan belajarnya". 

Kesehatan adalah yang utama, ada stigma jika anak yang sakit amandel identik dengan anak yang bodoh. Sebenarnya bukan karena sakit yang diderita anak menjadi penyebab kebodohannya. Logikanya jika anak yang sakit karena Orang tua tidak memperhatikan kesehatan anaknya, membiarkan anak terus menerus kesakitan tidak dicarikan solusi atau berobat maka anak akan tidak masuk sekolah selama beberapa hari. Akibatnya anak akan tertinggal pelajarannya selama ia sakit. Sementara Orang tua tidak peduli pada pelajaran anak yang sudah tertinggal selama sakit. Akibatnya anak merasa terabaikan karena Orang tua seakan tak memperhatikan penderitaannya menahan sakit dan penderitaannya tertinggal pelajaran. 

Kesehatan itu adalah sebagian dari kebahagiaan anak. Anak yang sehat, ceria dan lincah adalah kebahagiaan bagi Orang tuanya. Anak yang kesehatannya baik, pasti akan bisa berprestasi di sekolah dan itu menjadi kebahagiaan Orang tua. 

Sedangkan membahagiakan anak itu salah satunya dengan memperhatikan kesehatannya dari pemberian asupan gizi seimbang, vitamin, menghiburnya dengan menanyakan kondisi perasaannya apakah sedang bahagia, sedih dan lainnya. Anak merasa diperhatikan jika ditanya kondisinya setelah seharian beraktivitas baik di sekolah dan di rumah. 

Pemilihan waktu yang berkualitas bersama anggota keluarga dengan sekadar berkumpul bersama dan menanyakan khabar itu hal kecil yang membuat anggota keluarga merasa diperhatikan. Membahagiakan anak tidak melulu dengan memberikan hadiah yang bernilai. Perhatian dari anggota keluarga adalah sebuah kebahagiaan yang berarti. 

#dokjay

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Parenting Selengkapnya
Lihat Parenting Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun