Entah spirit apa yang membuat ku pada akhirnya bisa berkendara motor untuk mengurus keperluan bestie ku yang mulai lemah tak berdaya. Sementara orang rumah tidak mengizinkan aku untuk bisa berkendara dengan satu dua tiga alasan yang bisa dimaklumi.Â
Kenekatan untuk bisa membantu sekadar wara-wiri dari sekolah ke rumah bestie ku yang mulai tidak hadir ke sekolah karena harus fokus pada pengobatannya dan mengecek kondisinya manakala kesibukan aktivitas melemah sinyalnya sesaat. Perhatian itu saja yang bisa aku lakukan untuk sekadar menghibur dan memberinya motivasi untuk bertahan melawan sakitnya.Â
Jadilah aku langsung bisa menaiki kendaraan roda dua yang menganggur di rumah menuju sekolah, tempat lainnya, dan rumah bestie ku sekadar melihat kondisinya. Baru tersadar saat pikiran kalut sempat oleng dari motor. Begitulah aku harusnya mengikuti ujian kelayakan berkendara dahulu di kantor SAMSAT dan baru bisa mendapatkan SIM sebagai hasil test drive nya.Â
Untungnya tidak ada luka yang serius di tubuh dan terima kasih pada bapak pengendara motor yang berada tepat di belakang motor ku. Tidak melulu kesalahan ada di pihak kaum hawa yang stereo tipe beranggapan "kaum yang kasih sign ke kanan, berbeloknya ke kiri".Â
Saat itu jelas-jelas aku yang berkendara sedikit rusuh hati mendengar keluhan bestie di seberang telepon ingin dijenguk di rumahnya sore itu, sudah berada di posisi jalan yang benar. Entah mengapa dari arah berlawanan Mak-Mak itu memberikan isyarat lampu sign akan berbelok. Memang posisi jalan ada pertigaan, dan aku melihat isyarat dari Mak yang ingin berbelok.Â
Aku pun melambatkan posisi motor ku, dengan maksud mempersilakannya lewat berbelok di depan posisi ku terjeda sejenak. Tetiba, dari arah belakang ku ada yang tidak sabaran menyalip ku dan tentu saja Mak yang akan berbelok tadi sedkit gugup dan akhirnya motor bagian depannya nyaris berbenturan dengan motor ku.Â
Sepertinya Mak tadi nyalinya sudah teruji dan mahir berkendara, Mak itu bisa lolos tidak menyenggol ban depan motor ku. Lalu bagaimana dengan kondisi ku?
Maklum saja aku berkendara belum lama, uji tes drive pun belum dilakukan, terbayang wajah bestie yang kesakitan, tak ber SIM pula. Duuu...duuu...terlalu..Â
Motor pun oleng ke kanan dan aku sempat berdiri melepas stang. Saat itu dipertigaan jalan juga tak terlalu ramai. Bapak yang berada di belakang ku dengan sigap membantu. "Ibu enggak apa-apa?"
Mau nangis juga nanti jadi drama! Bukan karena soal dramanya, malu nya itu loh, yang tak terkira. Oleng karena tidak sigap berkendara hingga posisi motor tertidur beberapa lama di atas aspal adalah sebuah pengalaman yang tak terlupakan.Â
Pada akhirnya aku gagal mengunjungi rumah bestie ku yang kesakitan karena aku pun harus memastikan kalau kondisi ku baik-baik saja. Sesampainya di rumah, aku menelepon bestie dan meminta maaf tidak jadi menjenguknya. Aku beralasan sudah kesorean baru besok berkunjungnya. Aku tidak bercerita tentang kondisi ku yang oleng di jalan tadi, khawatir akan menambah beban pikirannya.Â