Mohon tunggu...
ADE SURIYANIE
ADE SURIYANIE Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang belajar tentang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Sugesti

13 September 2022   23:14 Diperbarui: 13 September 2022   23:19 188
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Dunia pendidikan khususnya di tingkat satuan PAUD cara yang efektif mengajarkan perilaku adalah dengan pemberian contoh keteladanan. Keteladanan bukan hanya untuk siswa PAUD semata, siswa di jenjang pendidikan selanjutnya selesai PAUD masih membutuhkan keteladanan dari sosok Orang tua dan Guru.

Memberikan contoh akan nilai-nilai baik dan juga pembelajaran lainnya bagi anak yang sedang pada fase penjelajah ini amatlah efektif. Saat anak melakukan tingkah laku positif hendaknya diberikan rewards dan anak merasa perbuatannya dihargai sehingga ia akan mengulang-ulang perbuatan baiknya di setiap waktu.

Contoh sikap keteladanan yang mudah adalah berbagi bekal yang dibawa setiap hari. Mengajarkan anak akan nilai kepedulian pada sesama bisa dipraktikkan langsung. Sebelum berangkat ke sekolah, Orang tua akan menitipkan pesan pada anak untuk berbagi bekal pada teman dan Guru di kelas.

Berbagi tak harus yang mahal, misal anak membawa bekal roti ke sekolah dan Orang tua menyiapkan bekal roti bukan hanya untuk anaknya saja, melainkan melebihkan bekal yang dibawa.

Keteladanan sikap dermawan dan peduli pada sesama bisa dilatih sejak usia Balita. Ada juga tipe anak yang membawa bekal yang banyak tetapi ia tidak mau membagi bekal yang dibawa pada temannya. Anak tidak paham konsep berbagi karena tidak dibiasakan oleh Orang tua. 

Tugas Guru mengingatkan pada siswa yang belum paham konsep berbagi dan peduli ini. Guru mengatakan, "Siapa yang ingin berbagi hari ini?" 

Siswa yang sudah mendapat pesan sponsor dari rumah dengan refleks akan segera mengeluarkan bekal yang sengaja disiapkan Orang tua untuk berbagi. Namun, ada juga siswa yang melihat teman di sebelahnya berbagi bekal ikutan membagi bekal yang dibawanya. Naluri fitrah anak terjaga.

Guru pun menanamkan konsep berbagi dengan membacakan sebuah hadis keutamaan bersedekah. Inilah yang membuat anak paham akan suatu hadis karena langsung mempraktikkan perbuatan baik tersebut.

Sugesti, adalah sebuah pengaruh sehingga pikiran, perasaan, dan kemauannya terpengaruh. Sugesti memiliki pengaruh yang kuat pada siswa. Salah satu pengaruh sugesti adalah anak akan mendengar nasihat Guru dan Orang tua.

Bagi Orang tua memberikan sugesti positif pada anak ketika anak sedang berada di ambang kesadarannya menjelang tidur malam hari. Sugesti yang ditanamkan Orang tua akan langsung terekam dalam memori otak anak. Selanjutnya anak akan terpengaruh dengan kata-kata sugesti yang diberikan.

Sugesti juga bisa menambah kemauan belajar siswa meningkat. Jangan heran ketika anak usia Balita akan berkata, "Kata bu Guru seperti ini".  Bukan berarti anak lantas dilabelkan sebagai pembangkang. Anak lebih memercayai kata Gurunya ketimbang kata-kata Orang tua dalam beberapa hal.

Naluri anak yang menyebabkan ia lebih senang mendengar kata Gurunya. Karena Guru harus bisa menguasai trik dan tips agar anak bisa tersugesti. 

Mata adalah alat sugesti yang efektif dan sorot mata itu bisa membuat anak merasa damai dan tenteram. Orang tua dan Guru saat melakukan sugesti pada anak lihat dahulu sikonnya. 

Roman muka bersahabat, juga bisa membuat anak merasa nyaman dan mudah tersugesti. Contoh keteladanan dari Orang tua dan Guru juga merupakan cara mensugesti anak.

Sugesti  merupakan salah satu contoh motivasi belajar bagi anak baik dalam bentuk verbal (kata-kata) baik, dan non verbal. Pujian adalah sebuah bentuk ungkapan sugesti. Ingin menjadi anak pintar maka harus rajin belajar, ini adalah sebuah contoh kalimat sugesti.

Ingin bisa menulis, maka banyak latihan menulis di rumah. Ingin menjadi Astronot, maka harus rajin belajar dan banyak membaca. 

Terpenting, tatap mata saya! Lihatlah perubahan positifnya, jangan dibanding-bandingkan. Aku diri ku sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun