Mohon tunggu...
ADE SURIYANIE
ADE SURIYANIE Mohon Tunggu... Guru - Guru

Senang belajar tentang kepenulisan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Bisa Membaca dan Prosesnya

5 September 2022   22:35 Diperbarui: 5 September 2022   22:39 401
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Apa yang terlintas dari foto di atas? 

Sekelebatan nampak seorang anak sedang menunjuk sederetan huruf yang menempel di dinding dan melafalkan huruf yang ditunjuknya dengan menggunakan sebuah spidol.

Kegiatan mengenalkan huruf alfabet dimulai dari mengenalkan bunyi huruf vokal. Seperti kita ketahui, huruf vokal terdiri dari huruf-huruf "a-i-u-e-o". Bagi anak usia dini yang sedang mulai belajar pra literasi awal pengenalan akan huruf vokal ini bisa mengenalkan pada anak melalui bermain. 

Tepuk huruf-huruf vokal, bernyanyi huruf vokal, meniru bentuk huruf vokal dengan playdough, dan media loosepart yang ada di sekitar. Tujuannya agar anak memahami karakteristik bentuk hurufnya, bisa melafalkannya dan tentunya juga anak mampu menulis huruf vokal tersebut.

Pengenalan membaca bagi anak yang cepat menirukan apa yang dikatakan dengan mengulang-ulang kembali pembelajaran yang telah diberikan mengenal huruf vokal akan berbeda hasilnya dengan anak yang memiliki kemampuan ingatan pendek. Anak akan cepat lupa meskipun huruf-huruf yang dikenalkan hanya 5 huruf. 

Begitulah dunia anak yang unik dan mereka memiliki cara belajar yang berbeda-beda. Pemberian stimulus yang dilakukan setiap hari dan rajinnya mengulang-ulang pembelajaran membuat anak cepat belajar dan menguasai pembelajaran. 

Apakah menjadi jaminan seorang anak yang mampu mengeja suku kata terbuka seperti "ba-ca-bu-ku" setelah ia bisa merangkai bunyi huruf vokal dan konsonan menandakan anak bisa membaca?

Semua butuh proses dan ada aturannya. Membaca itu sebuah keterampilan yang harus dilatih. Mengenalkan teknik membaca pada anak usia dini dengan cara Orang tua bersama anak membaca nyaring bersama-sama. Hal ini bertujuan anak meniru apa yang dibacakan Orang tuanya. 

Selanjutnya anak akan menghafal kata yang ada dan berusaha sendiri dengan cara Orang tua membacakan sebagian kata dan anak melanjutkan bacaan kata yang terputus. Anak akan percaya diri dan akan mengulang membaca bacaan tadi dengan suasana hati yang riang gembira karena berhasil mengeja huruf-huruf yang terangkai dalam kata yang bermakna.

Perlahan-lahan anak akan mencintai buku dan mau berusaha membaca. Lalu apakah ada cara yang mempercepat anak menguasai teknik membaca?

Pengalaman di lapangan ketika mengenalkan bagaimana teknik membaca pada anak usia 4-6 tahun beragam ceritanya. Yang perlu dihindari adalah memaksa anak untuk mau belajar membaca. Menghindari ancaman pada anak yang tidak mau membaca. Anak tidak boleh bermain, dipotong jam mainnya hingga anak menangis. 

Pengalaman buruk ini membuat anak merasa bahwa membaca adalah sesuatu hal yang menakutkan dan membuat anak tidak mencintai buku. Orang tua dan Guru senang jika anak mau membaca dengan teknik "ancaman". Namun, anak akan kehilangan kesempatan menikmati proses dalam membaca.

Anak yang dipaksa membaca bisa stres, dan efek jangka panjangnya kalau pun pembelajaran membaca itu dikuasai anak dengan paksaan akibat lainnya anak akan membenci kegiatan membaca. Tak mengherankan jika ada tugas Pekerjaan Rumah yang membuat Orang tua akan sedikit mengalami perubahan tekanan tensi pada aliran darah seketika menemani anak belajar karena anak malas membuka buku.

Bisa membaca tanpa memahami apa yang dibacanya membuat anak gagal paham. Tak heran jika para Guru yang mengajar di kelas I  Sekolah Dasar merasa kesulitan jika ada anak yang belum mampu membaca dengan pemahaman. 

Memahami isi bacaan terutama soal cerita adalah sebuah bentuk keberhasilan pembelajaran membaca. Anak yang memiliki keterampilan lebih bukan hanya sekadar mampu mengeja suku kata, tetapi anak juga lancar membaca dan mampu menganalisis bacaan yang ada merupakan sebuah prestasi dalam membaca. 

Literasi kita masih lemah tidak seperti di negara maju yang dalam keadaan apa pun mereka menyempatkan diri untuk selalu membaca. Di transportasi massal   seperti negara Jepang misalnya, terlihat bagaimana membaca itu menjadi sesuatu habit dari kalangan anak hingga dewasa. Andai kita sedang berada di transportasi massal, pernahkah kita mencoba untuk membaca?

Yuk, mulai membudayakan kegiatan membaca sejak saat ini. 

Jangan lagi memaksa anak kita untuk belajar membaca dengan ancaman. Kita punya kesempatan membimbing anak menemukan  cara tersendiri menguasai teknik membaca dan menyukai jenis bacaan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun