Hari ini, Rachel bercerita bahwa keinginannya untuk melakukan perjalanan waktu atas dasar kesalahannya di masa lalu. Ayahnya meninggal, tepat satu jam sesaat setelah dia merayakan ulang tahun ketujuh.
Ayahnya menawarkan hadiah yang Rachel minta, kemudian Rachel meminta jam tangan berbentuk Hello Kitty, terinspirasi dari film kesukaannya saat masih kecil. Tanpa menunggu lama sang ayah pergi keluar mencari jam tangan keinginannya. Padahal waktu itu jam menunjukkan pukul 16.45, sedang toko tutup pukul 17.00, dengan kecepatan tinggi ayahnya menaiki motor menuju toko jam yang letaknya kurang lebih 2 km dari rumah. Naas, sebelum sampai ke lokasi sang ayah menerjang mobil berkecepatan tinggi dari arah berlawanan. Nyawanya tak bisa diselamatkan, karena meninggal di tempat.
Hal inilah yang membuat Rachel selalu bersedih saat sepi, meratapi masa lalu. Berandai-andai, tak pernah meminta jam tangan bergambar Hello Kitty, jika ia tak meminta pastilah ayahnya hingga kini masih hidup. Cerita ini baruku dengar, semenjak dulu dia selalu ceria, namun ternyata dia pintar menutup kesedihanya di kala ramai. Kematian ayahnya memberinya luka yang begitu dalam pada batinnya.
"Aku begitu bodoh Lio... Ayahku meninggal karena ingin melihat putrinya bahagia di hari ulang tahunnya yang ketujuh dengan memakai jam berbentuk Hello Kitty. Andaikan... Andaikan...Saat itu..."
Tangisnya pecah, aku mencoba menenangkannya sesuai dengan kemampuanku. Sayang, tangisnya semakin menjadi. Harusnya aku tak menenangkannya, agar dia menangis dan mengungkapkan isi hatinya dengan tenang. Bagaimanapun wanita berbicara karena ingin didengar, bukan untuk ditanggapi.
"Sungguh, bodohnya diriku..."
Aku menggumam dalam hati, sialnya Rachel menangis pada saat jam makan siang di cafetaria sebelah perpustakaan yang tentunya ramai pengunjung. Dengan tangis Rachel yang bertambah menjadi, tentu hal ini menjadi sorotan bagi orang-orang, bahkan beberapa datang menghampiriku sambil bertanya.
"Mas-nya pasti selingkuh ya? Kok ceweknya sampai nangis kaya itu?"
Dan yang paling parah...
"Mas-nya enggak mau tanggungjawab ya sama mba-nya?