Aih... Begitu indah hidup orang lain
Tersenyum bergelimang harta
Makan mewah di restoran Prancis
Punya rumah tingkat dua lebih dari satu
Mobil mercedes terpampang di garasi
Investasi sana-sini tanpa terkendali
Sekali butuh uang hanya perlu menekan gawai
Ah... Enak sekali menjadi orang lain
Dihormati tokoh-tokoh meski berlagak pintar
Hidup kaya, suara pasti didengar
Orang-orang tak ada yang berani mengusik
Jika ada...
Bungkam saja mulut mereka dengan lembaran uang berwarna merah gambar Bung Karno dan Bung Hatta
Maka sendiko dawuh akan muncul
Hidupku?
Sangat melarat...
Maka...
Sebijak apapun aku berkata hanya akan menjadi angin lalu
Masuk telinga kanan, keluar telinga kiri
Bahkan di keluarga saja aku terhina...
Dianggap tak becus menjadi imam
Terlunta menghadapi badai rumah tangga...
Miskin ekonomi berdampak pada semua
Memang sebaiknya segera kuakhiri
Hidup yang tak berarti dengan seutas tali
Terjerat pada langit-langit rumah
Biar aku disaksikan...
Mayat ini telah menggantung secara tragis
Setidaknya aku telah mati
Tidak lagi bertemu dengan cecenguk bodoh yang lihai berbicara
Aku juga tak bisa lagi disandingkan dengan orang kaya
Aku hanya ingin menghambisi orang-orang yang dulu pernah mezalimi
Dengan arwah-arwah penasaran...
Berkeliling hanya untuk menteror
Selamat tersakiti wahai manusia...
Semoga kita bisa bertemu kembali di neraka
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H