Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Mati Syahid

10 November 2020   09:10 Diperbarui: 10 November 2020   09:26 89
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ratusan orang memenuhi lapangan

Menjadi saksi bisu akan adanya sebuah eksekusi mati

Kepada sang martir yang mengkritik tirani istana

Mengusik singgasana sang raja

Yang khawatir akan turun tahta

Eksekusi mati akan membungkam siapa saja yang berani mengkritiknya

Sebelum eksekusi mati dilakukan

Raja berkata:

Apa yang aku lakukan adalah titah Tuhan

Sang Martir menjawab:

Tidak!

Tuhan tidak pernah ikut campur atas apa yang telah kau lakukan

Kau melakukan semua itu atas kehendakmu sendiri

Kau bungkus segala ambisi picikmu dengan dalih agama

Kau bungkam mulut rakyat dengan egomu

Kau kosongkan nurani mereka dengan nafsumu

Tidak!

Kau adalah simbol Firaun di abad ini

Ketamakan telah menutupi akal warasmu

Kau gila akan harta sehingga pintu-pintu hatimu tertutup

Kini hatimu menjadi hitam legam

Buih-buih kotoran di hati telah menjadi momok akan busuknya moralmu

Kuberi kau segenggam cahaya lilin

Tapi kau tak menerimanya

Kau meniup cahaya itu dengan angkuh

Tidak cukup itu, kau siram cahaya itu dengan hujanan air tawar  

Cahaya itu redup dan perlahan mati

Ketahuilah raja, cahaya itu tidak akan mati

Cahaya itu akan kembali bersinar meski kau membunuh jasadku

Wahai raja!

Sesungguhnya semua orang disini adalah cahaya yang akan menggantikanku

Cahaya mereka lebih besar dari yang aku bawa

Kelak mereka akan menyadarkamu dari kebiadaban yang kau pelihara

Sang martir mengakhiri perkataannya

Semua tampak sunyi meski ramai

Sebuah anak panah melesat ke lehernya

Sang martir mati membawa bekal kebenaran

Ia pun mati syahid dijalannya

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun