Mohon tunggu...
Ade Lanuari Abdan Syakura
Ade Lanuari Abdan Syakura Mohon Tunggu... Guru - Bersatu padu

Hanya manusia biasa yang diberikan kehendak oleh Tuhan untuk menggoreskan pena pada secarik kertas kusam.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Kepergian yang Tak Perlu Ditangisi

25 Oktober 2019   21:02 Diperbarui: 25 Oktober 2019   21:08 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kerlip ibu kota di malam hari terasa menjenuhkan

Seakan menantangku yang menggigil parah

Akibat ditinggal seorang lelaki pendusta lagi berbisa bagaikan ular kobra

Yang menyodorkan racun lewat mulut kotornya

Berharap aku mati karena banjir linangan air mata

Tidak!

Aku tak akan mati karenanya

Aku tak selemah yang dia kira

Hatiku sekeras batu di hamparan sungai

Tak akan terluka meski berkali-kali dihantam dengan sampah penderitaan yang dia bawa

Kubiarkan dia pergi dihembus angin

Melayang jauh menuju singgasana karma

Menebus semua dosa yang telah dia perbuat

Agar jangan lagi mempermainkan kesucian hati wanita

Melalui kata-kata dusta yang dibalut cinta

Kini aku mengerti...

Kepergiannya adalah hikmah bagiku

Seseorang yang pergi tak perlu ditangisi

Apalagi diratapi agar dia kembali

Tidak!

Lebih baik aku mati  sendiri

Daripada melihatnya kembali untuk menyakiti

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun