Mohon tunggu...
Ade Nur Saadah
Ade Nur Saadah Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan Jurnalis Lifestyle

Wife & Mom

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Aleppo di Old Damascus, Kota Bersejarah yang Tinggal Sejarah

27 Desember 2015   20:00 Diperbarui: 6 Januari 2016   00:16 2158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pernah mengginjakkan kaki di kota tua yang indah ini, mungkin bisa disebut keberuntungan bagi saya. Kini kota yang penuh catatan sejarah ini telah porak poranda di hancurkan ISIS, termasuk masjid Bani Umayyah yang telah berusia ribuan tahun.

Benteng Citadel di Pusat kota Aleppo (foto : Ade Nur Sa'adah)

Ketika menyaksikan tayangan di televisi tentang pasukan ISIS yang membombardir kota Aleppo di Suriah, hati saya serasa ikut remuk. Terbayang pengalaman menghabiskan sekian hari yang paling berkesan dalam hidup saya. Menjelajah kota yang menjadi saksi kejayaan Islam di bawah keperkasaan Panglima Khalid bin Walid yang dilanjutkan oleh Panglima Shalahuddin Al Ayyubi, sang "Macan Perang Salib". Kota yang indah ini juga meninggalkan maha karya dari Dinasti Umayyah.
Aleppo adalah kota terbesar di Suriah dan menjadi pusat perekonomian negara itu. Di Aleppo pula saya bisa menemukan deretan pertokoan yang menjual barang-barang branded dari Eropa. Dibanding kota lainnya di Suriah, Aleppo memang jauh lebih moderen.

toko manisan dan buah kering di Aleppo (foto : Ade Nur Sa'adah)

Nama Aleppo sendiri awalnya adalah Halaba, dari bahasa Amori, yang berarti besi atau tembaga, sumber utama kota ini pada masa itu. Sedangkan dalam bahasa Aram,Halaba berarti putih, mengacu pada warna tanah dan marmer yang melimpah di sana. Aleppo juga dikenal sebagai pusat industri tenun sutra dan katun terbaik di Suriah serta olahan buah-buahan kering dan kacang-kacangan, terutama kacang pistachio yang dijual di seluruh dunia.

Pedagang kacang di sepanjang jalan di Aleppo (foto : Ade Nur Sa'adah)

Aneka kacang oleh-oleh khas Aleppo (Foto : Ade Nur Sa'adah)

 

Masjid Agung Bani Umayyah

Keindahan Aleppo tidak bisa dipisahkan dari bangunan bersejarah yang sudah berusia ribuan tahun, salah satunya Masjid Agung Damaskus. Masjid yang juga dikenal dengan sebutan Masjid Umayyah ini awalnya adalah Basilika Santo Yohanes Pembaptis atau Nabi Yahya As. Namun setelah penaklukan Arab atas Damaskus yang dipimpin Panglima Khalid bin Walid pada tahun 634 Masehi, tempat ini menjadi masjid dan salah satu menaranya dibangun sendiri oleh sang Panglima. Menara ini dipercaya sebagai Menara Putih tempat kelaknya turunnya Nabi Isa As pada akhir zaman.

 

Masjid agung Damaskus dan Menara Putihnya (Foto; Ade Nur Sa'adah)


Masjid ini adalah monumen yang sangat penting bagi umat Islam, karena di masjid ini terdapat makam Nabi Yahya As dan tempat Yazid bin Muawiyah meletakkan kepala Husain bin Ali, cucu Nabi Muhammad Saw yang gugur dalam pertempuran di Karbala. Panglima Salahuddin Al Ayyubi juga dimakamkan di taman kecil yang terdapat di dinding utara masjid.
Masjid lainnya yang tak kalah bersejarah adalah Masjid Bani Umayyad I yang di dalamnya terdapat makam Nabi Zakariyah As, ayahanda dari Nabi Yahya As. Di masjid ini setiap usai subuh diselenggarakan tausiah yang disiarkan secara langsung oleh televisi setempat. Kini, masjid ini sudah porak poranda, rata dengan tanah.

Masjid Bani Umayyah I (foto : Ade Nur Sa'adah)

 

Citadel of Aleppo


Daya tarik lain dari Aleppo adalah benteng yang berdiri kokoh di pusat kota. Benteng tersebut mengelilingi sebuah istana dan merupakan kastil tertua dan terluas di dunia. Benteng ini pernah dikuasai bangsa Yunani, Bizantium , Mamluk dan kemudian direbut oleh Dinasti Ayyubi.
Benteng Aleppo berbentuk elips dan dibangun di ketinggian 50 meter dari kaki bukit dikelilingi parit yang dialiri air. Parit itu sendiri berfungsi untuk melindungi benteng dari musuh yang ingin masuk ke dalam benteng. Meskipun benteng ini merupakan peninggalan dari peradaban Islam namun benteng ini sendiri sebenarnya dibangun oleh bangsa Neo-Het Acropolis sebagai benteng militer untuk melindungi daerah pertanian mereka.

 

Citadel Aleppo (foto : Ade Nur Sa'adah)

 

Benteng yang mengelilingi Old Damascus (foto : Ade Nur Sa'adah)


Karena berkali-kali berpindah tangan dari penguasa yang satu ke penguasa lainnya, jadi tidak heran kalau Aleppo menjadi kota yang memiliki beragam model arsitektur, mulai dari sentuhan Byzantium, Seljuk, Mamluk hingga Dinasti Utsmani dan Dinasti Umayyah. Tapi semua kekayaan budaya yang sudah berusia lebih dari 2000 tahun itu harus berakhir di tangan ISIS. Semua jejak sejarah itu pun kini jadi tinggal sejarah.

Benteng yang mengelilingi Old Damascus (foto : Ade Nur Sa'adah)

salah satu sudut kota Old Damascus (foto : Ade Nur Sa'adah)

Old Damascus

 

Monumen Shalahuddin Al Ayyubi (foto : Ade Nur Sa'adah)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun