Mohon tunggu...
Ade Nur Saadah
Ade Nur Saadah Mohon Tunggu... Freelancer - Mantan Jurnalis Lifestyle

Wife & Mom

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

GEPPUK (Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan): "Dongeng Tak harus Fiksi dan Mimpi"

24 Desember 2015   00:54 Diperbarui: 24 Desember 2015   01:34 287
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyak cara mengawal bangsa, salah satunya seperti yang dilakukan para pendongeng ini untuk anak-anak Indonesia.

Sepintas, rumah yang berada di kawasan Jati Asih itu sama seperti rumah warga lainnya di perumahan tersebut. Namun, siapa yang mengira kalau  rumah tersebut menyimpan banyak kisah tentang anak-anak Indonesia yang terpaksa merelakan impian mereka tercerabut?

Adalah Iman Surahman, pemilik rumah tersebut, menggagas sebuah gerakan yang mungkin dianggap tidak lazim. Terutama bagi masyarakat Indonesia yang selalu menganggap dongeng sebagai cerita pengantar tidur. Bersama teman-temannya sesama pendongeng, Dwi, Toni, Resha, Yono, Nia dan Bunda Maya, mereka mendirikan GEPPUK (Gerakan Para Pendongeng Untuk Kemanusiaan). Nama GEPPUK sendiri mereka usung karena terdesak mengingat sebelumnya mereka sudah terbiasa bergerak tanpa nama.

“Tapi karena waktu itu ada program pengumpulan dana untuk anak-anak Somalia dan kami diminta menyertakan nama dari komunitas kami ini, akhirnya tercetuslah nama GEPPUK,” ujar Iman.

Gerakan yang lahir dari rasa kemanusiaan ini resmi terbentuk  pada bulan Desember 2010 lalu. “Awalnya kami sering dipertemukan dalam aksi-aksi kemanusiaan. Karena kesamaan misi ini pula, kami memutuskan untuk melakukan aksi bersama-sama.”

Mereka tidak menafikan kalau dalam setiap musibah, pasti ada anak-anak yang menjadi korbannya. “Bersama ACT kami mengajak anak-anak mengumpulkan uang saku mereka untuk menolong anak-anak Somalia. Alhamdulillah, hanya dalam waktu tiga bulan telah terkumpul dana sebesar Rp. 30 juta. Kami menggunakan cara berdongeng untuk menyentuh hati anak-anak tersebut teman mereka yang sedang tertimpa musibah,” Dwi menambahkan.

Dongeng Yang Membumi

Selama terbentuk, GEPPUK terus berusaha menyemai manfaat lewat dongeng yang mereka sampaikan. Dengan dongeng pula, mereka menggugah rasa anak-anak untuk menolong teman seusia mereka yang kurang beruntung.

Bersama semangat anak-anak itu pula, mereka menggulirkan program Milk For Somalia Kids. Selain itu, GEPPUK juga menggagas program Mudik Ramah Anak, Sedekah Sepeda di Pulau Tunda, Jelajah Negeri, merespon kejadian yang melibatkan anak, One Day For Children dan Respon Terhadap Bencana Alam.

“Kami tidak akan pernah bisa melupakan bagaimana raut wajah bahagia anak-anak di Pulau Tunda saat menerima bantuan sepeda bekas dari teman-teman di Jakarta. Rasa lelah setelah menempuh perjalanan tiga jam naik perahu dalam cuaca cerah dari Serang, Banten menuju Pulau Tunda, rasanya menguap begitu saat melihat kebahagiaan anak-anak itu,” kata Resha.

Selain kelima program tersebut, GEPPUK juga secara rutin berdongeng di terminal, stasiun untuk mengimbau para orang tua agar tidak membawa anak-anak mereka mudik dengan sepeda motor. “Untuk program One Day For Children, kami mengunjungi suatu tempat dan hidup membaur dengan anak-anak yang ada di sana,” jelas Nia.

Untuk program Jelajah Negeri, GEPPUK mendapat kesempatan untuk menyambangi anak-anak yang tinggal di perbatasan Indonesia – Malaysia, tepatnya dari Kapuas Hulu – Sambas sejauh 960-an kilometer. Program ini  didukung oleh Yonif 123 Rajawali Paspamtas (Pasukan Pengaman Perbatasan).

“Dalam mendongeng, kami selalu menceritakan hal-hal yang membumi dan mengakar. Bukannya untuk mengajak anak-anak mengkhayal dan lupa pulang.”

Iman lebih menjelaskan bahwa jangan pernah terjebak dengan istilah dongeng. “Dongeng itu kan hanya sebuah nama. Tapi sesungguhnya di dalamnya tersimpan banyak pembelajaran. Dongeng GEPUK bukan fiksi apalagi mimpi,” Iman menjelaskan.

Untuk menghidupkan kembali budaya berdongeng untuk anak sebelum mereka tidur, GEPPUK secara rutin membuat pelatihan edukasi untuk orang tua dan anak. Pelatihan teknik mendongeng untuk anak-anak sehingga tercapat harapan dari sebuah rumah ada satu orang pendongeng. Orang tua sudah seharusnya mengawal imajinasi anak dengan dongeng. Menggali dongeng dengan dongeng dan bersinergi dengan lembaga zakat maupun CSR perusahaan untuk mendonasikan bantuan bagi anak-anak  yang kuang beruntung. Bila Anda tertarik, Anda juga bisa menjadi bagian dari para pendongeng untuk kemanusiaan.

foto : facebook Iman Surahman

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun