Mohon tunggu...
Addmny
Addmny Mohon Tunggu... Wiraswasta - Adam Abimanyu

walk by faith not by sight

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

TikTok Meningkatkan Perilaku Narsisme Remaja

10 Desember 2021   15:35 Diperbarui: 10 Desember 2021   15:38 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Pandemi ini membuat kegiatan masyarakat menjadi terbatas, termasuk dalam mencari hiburan. Hal ini membuat banyak masyarakat menjadikan media sosial menjadi sarana hiburan utama mereka, tak terkecuali media sosial tiktok. Mengutip dari databoks.katadata.co.id , Indonesia menyumbang 22,2 juta pengguna aktif bulanan sepanjang tahun 2020.

Seperti kebanyakan media sosial lainnya, tiktok juga menghadirkan fitur like dan follow pada aplikasinya. Keberadaan kedua fitur tersebut pada media sosial yang dalam banyak penelitian mengungkapkan fitur-fitur tersebut dapat menumbuhkan rasa kecanduan pada seseorang ketika menerimanya, semisal, mengutip dari steverosephd.com, sebuah penelitian yang dilakukan atas pertanyaan “ kenapa kita kecanduan atas likes pada media sosial ?”  menemukan kesimpulan bahwa ketika seseorang menerima likes, otak mereka bereaksi seperti ketika mereka menggunakan zat kimia. Hal ini dikarenakan kebanyakan orang menyimbolkan penerimaan likes dengan mendapatkan reputasi yang diinginkan. 

Kebutuhan atas hal ini, menumbuhkan sifat-sifat seperti merasa bahagia untuk selalu dikagumi orang lain, membanding-bandingkan diri dengan sekitar, perasaan spesial atas diri sendiri, serta sifat-sifat lainnya yang biasanya dikaitkan dengan tingkah laku narsisme pada kebanyakan masyarakat sekarang.

Sebelum membahas lebih jauh, kita perlu memahami arti dari sifat narsisme. Mengutip dalam buku General Introduction to Psychoanalysis: Psikoanalisis karya Sigmund Freud dalam jurnal penelitian komunikasi oleh mahasiswa UIN Sunan Gunung Djati pada Tahun 2017, menyampaikan bahwa Freud merupakan orang yang pertama kali menggunakan istilah narcissistic untuk mendeskripsikan orang-orang yang menunjukkan bahwa dirinya adalah orang penting secara berlebih-lebihan dan orang yang selalu ingin mendapatkan perhatian dari orang lain atau biasa disebut perilaku narsisme.

Dengan perasaan senang ketika mendapat follower baru atau like yang banyak setiap mengunggah video di tiktok tentunya menjadi sebuah penghargaan bagi diri sendiri tentunya hal itu akan meningkatkan intensitas penggunaan aplikasi Tiktok. Dampak baik meningkatnya intensitas pengguna Tiktok ia akan menjadi pembuat konten yang tentunya akan menjadi orang yang lebih kreatif, tetapi disamping hal itu kepuasan atas pemberian pujian dari follower dan banyaknya like akan menumbuhkan perilaku narsisme dari waktu ke waktu. 

Menurut Head of Public Policy TikTok Indonesia pada Tahun 2020, Donny Eryastha dalam wawancaranya dengan media Sindonews.com mengatakan bahwa pengguna Tiktok di dominasi generasi Y dan Z dengan rentang usia 14 - 24 tahun. 

Dalam rentang usia tersebut beberapa masuk dalam golongan remaja hal ini yang tentunya menjadi sorotan dikarenakan menurut buku Sosiologi Suatu Pengantar karya Soekanto, masa remaja dikatakan sebagai suatu masa penentu karena pada periode ini seseorang meninggalkan tahap kehidupan anak-anak, menuju ke tahap selanjutnya yaitu tahap kedewasaan, masa ini dirasakan sebagai suatu krisis karena belum adanya pegangan, sedangkan kepribadiannya sedang mengalami pembentukan. 

Hal ini yang membuat kekhawatiran karena seiring berjalannya waktu remaja pengguna Tiktok akan merasakan dampak dari penggunaan media sosial Tiktok secara berlebihan yang akhirnya akan menumbuhkan perilaku narsisme apabila tidak dikontrol dan diarahkan dengan baik. 

Dalam suatu kesempatan tim kami mewawancarai salah satu remaja pengguna aktif aplikasi tiktok, dan kami menemukan bahwa mereka para remaja yang aktif menggunakan aplikasi tiktok ini memang senang dalam membuat konten video dan memang senang membagikan konten-konten tersebut dengan tujuan untuk memberi rasa kepuasan kepada diri sendiri.

"tujuannya sih cuma mau ngeshare-ngeshare aja sih, buat menghibur diri sendiri lah ya sama asik aja gitu bikin video kayak gitu" ucap Fakhira, remaja pengguna aplikasi tiktok. 

"pas ngeshare kadang suka insecure sama takut tapi seneng sih seneng kayak ada rasa kepuasan tersendiri abis bikin video terus di share gitu" tambahnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun